KECELAKAAN maut yang merenggut 29 peziarah asal Subang, minggu lalu membuat keluarga dan banyak pihak berduka. Peristiwa naas itu menimpa mereka yang baru saja pulanh berziarah ke situs reliji Pamijahan yang berada di Tasikmalaya, Jawa Barat. Bagaimana riwayat penyebaran Islam di Pamijahan?
Di Pamjihan itu terdapat makam penyebar agama Islam Syekh Haji Abdul Muhyi. Makam ini terletak di Desa Pamijahan, Kecamatan Bantarkalong, 65 kilometer arah selatan dari pusat kota Tasikmalaya. Menjelang puasa dan bulan Maulud, obyek wisata ziarah ini ramai dikunjungi. Tiap tahun tak kurang dari 500.000 orang berkunjung ke kompleks pemakaman itu.
Peziarah mengunjungi makam Syekh Haji Abdul Muhyi untuk shalat dan berdoa, kemudian melanjutkan perjalanan ke Goa Safarwadi yang tak jauh dari lokasi makam. Di goa itu terdapat petilasan Syekh Haji Abdul Muhyi, seperti pertapaan, masjid, batu Peci Haji, dan tempat yang dulunya dipercaya sebagai pesantren.
Baca Juga:Posting Foto Menginjak Usia 50 Tahun, Sophia Latjuba Banjir Pujian NetizenGarda Pemuda Nasdem Cimahi Targetkan Kursi Kepala Daerah
Terdapat pula stalaktit (hasil sedimentasi yang mengantung di langit-langit goa) dan stalagmit (sedimentasi yang terbentuk di dasar goa) yang menambah pesona goa tersebut. Goa Safarwadi Nama Safarwadi berasal dari bahasa Arab, yaitu “safar” (jalan) dan “wadi” (lembah/jurang). Jadi, Safarwadi adalah jalan yang berada di atas jurang, sesuai dengan letaknya di antara dua bukit di pinggir kali.
Goa Safarwadi merupakan salah satu tujuan utama peziarah yang berkunjung ke Pamijahan. Panjang lorong goa sekitar 284 meter dan lebar 24,5 meter. Peziarah bisa menyusuri goa dalam waktu dua jam. Salah satu bagian goa yang paling sering dikunjungi adalah hamparan cadas berukuran sekitar 12 meter x 8 meter yang disebut sebagai Lapangan Baitullah. Tempat itu dulu sering dipakai shalat Abdul Muhyi bersama para santrinya.
Di samping lapangan cadas itu terdapat sumber air Cikahuripan yang keluar dari sela-sela dinding batu cadas. Mata air itu terus mengalir sepanjang tahun. Oleh masyarakat sekitar, air itu dipopulerkan sebagai air “zamzam” Pamijahan. Air itu dipercaya memiliki berbagai khasiat. Menjelang Ramadhan, para peziarah di Pamijahan tak lupa membawa botol air dalam kemasan, bahkan jeriken, untuk menampung air “zamzam” itu. Dengan minum air itu, badan diyakini tetap sehat selama menjalankan ibadah puasa.