PURWAKARTA-Belatung atau maggot merupakan hewan yang terlihat menjijikan. Meski demikian maggot ternyata begitu penting bagi keberlangsungan ekosistem, antara lain pada saat proses pembusukan bangkai.
Tidak bisa dibayangkan jika bangkai organisme yang telah membusuk tidak dapat terurai dengan baik di tanah. Tak hanya itu, larva ini pun ternyata dapat dijadikan sebagai salah satu alat memproduksi pupuk yang memiliki nilai jual yang terbilang cukup tinggi.
Seperti hal nya yang dilakukan di lokasi Tempat Pengolahan Sampah (TPS) Reduce Reuse Recycle (3R) Rumah Magot Purwakarta (RMP) Resik yang berlokasi di Purnawarman Selatan RT 18/13 Kelurahan Sindangkasih Kecamatan/Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
Baca Juga:Sosialisasi Diikuti Lima Kabupaten, Program OPOP untuk Kemandirian PesantrenPengamen Anak-anak Banyak Berkeliaran di Kota Subang, Tanggungjawab Siapa?
Dengan memanfaatkan jutaan maggot, para pengelola TPS 3R RMP Resik Purwakarta mampu memproduksi dua jenis pupuk, yakni pupuk kompos dan pupuk organik cair.
Ketua pengelola TPS 3R RMP Resik Purwakarta, Eka Heriana (48) mengatakan, jutaan belatung tersebut bekerja sebagai pengurai sampah organik yang didapat dari warga sekitar. “Kemudian setelah sampah-sampah ini terurai, nantinya kami olah sehingga menjadi pupuk kompos,” kata Eka, saat ditemui di TPS 3R RMP Resik Purwakarta, Rabu (17/3).
Tak hanya menghasilkan pupuk kompos dan cair, lanjut Eka, keuntungan lain juga didapat dari penjualan telur Black Soldier Play (BSP)/lalat hitam, bayi larva, larva dewasa, prepupa dan pupa. “Dengan belatung ini kita dapat mengurai sampah organik sebanyak 500 kg hingga 800 kg per hari,” ujarnya.
Lebih lanjut Eka menjelaskan, karena keterbatasan sumber daya manusia (SDM) pihaknya belum bisa memasarkan pupuk yang dia produk saat ini. Pasalnya, jumlah pupuk yang diproduksi pun masih terbatas. “Untuk sementara pupuk yang kami buat kami bagikan ke setiap pengunjung yang datang ke TPS 3R RMP Resik Purwakarta,” ujarnya.
Eka berharap, TPS yang tengah dia kelola saat ini mendapat simpati sekaligus bantuan modal dari pemerintah, sehingga produksi pupuk kompos organik yang dia kelola saat ini bisa dalam jumlah besar. “Dan yang terpenting, kita bisa lebih banyak mengurai sampah organik dari masyarakat,” ujarnya.(add/sep)