LEMBANG-Hingga pertengahan Maret, harga cabai rawit masih bertahan diatas Rp100 ribu per kilo di pasar tradisional. Melonjaknya harga ini disebabkan pasokan yang berkurang sebagai dampak gagal panen di sejumlah daerah.
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Harvick Hasnul Qolbi mengakui, biasanya harga bahan pangan memang akan mengalami kenaikan menjelang bulan puasa dan hari-hari besar lainnya, salah satunya cabai rawit. “Memang kelihatan tren itu selalu ada terus menjelang puasa dan sebagainya. Tentu coba kita lakukan dengan operasi pasar, terus di toko tani kita berusaha mengimbangi harga pupuk,” kata Harvick saat kunjungan di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Belum lama ini.
Harvick mengatakan, pemerintah belum merencanakan mengimpor cabai untuk mengendalikan harga agar tidak terus merangkak naik terutama menjelang masuknya puasa dan menjelang lebaran. “Belum ada rencana, kita sih berharap tidak impor. Bahan-bahan apapun itu, produk petani kalau bisa tidak impor ya,” jelasnya.
Baca Juga:Kapan Pembangunan Mall Pujasera Subang Dimulai? Ini Jawaban DKUPPPentas Seni Kembali Diperbolehkan, Tapi Ini Syaratnya
Di lain pihak, para pedagang di Kota Cimahi berharap kepada pemerintah segera membuka kran impor cabai untuk mengatasi melambungnya harga. Saat ini, harga cabai rawit merah di pasar masih bertengger diangka Rp 120-140 ribu per kilo.
Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Cimindi, Asep Rohendi berpendapat, operasi pasar tidak akan berpengaruh besar terhadap harga cabai sebab pasokan dari petani memang sedang berkurang. “Lebih baik impor daripada mengadakan operasi pasar, karena penyebab utamanya adalah pasokan yang turun drastis. Impor cabai bisa dari dari Vietnam atau Thailand,” kata Asep.(eko/sep)