SUBANG-Wacana impor beras yang akan digulirkan oleh pemerintah, mendapati penolakan dari berbagai pihak. Tidak terkecuali petani di Subang. Salah satu petani, Wahyan (51) mengutarakan penolakannya pada Pasundan Ekspres.
Menurutnya wacana impor beras hanya akan menyengsarakan petani, dia menyebut beras yang ada saja sulit untuk dijual, karena stok masih aman. “Yang ada saja ini sulit dijual, malah mau impor. Memangnya pemerintah perlu beras berapa? ke Subang banyak, saya yakin masih ada banyak, gak perlu impor-imporan,” ungkapnya.
Petani yang lain, Toha (65) juga mengungkapkan hal serupa. Menurutnya, wacana impor beras sangat tidak tepat di tengah kesulitan para petani, terlebih di masa pandemi seperti sekarang.
Baca Juga:bank bjb Salurkan KUR Pada BUMDes se-Kabupaten PurwakartaAkademi Persikas Subang Latihan Perdana
“Menurut saya lebih baik memanfaatkan yang tersedia saja, beberapa petani di Subang juga belum semua memanen sawahnya,” ungkap Toha.
Apakah benar cadangan pangan di Subang cukup? Berikut penjelasan dari Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Subang, Hendrawan, dia menyebut bahwa Kabupaten Subang belum memiliki cadangan pangan.
Padahal keberadaan cadangan pangan penting keberadaannya untuk Kabupaten yang disebut sebagai “lumbung padi”. Alasannya karena memang Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD) otoritasnya menurut Hendrawan, ada di Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
“Subang memang sudah seharusnya punya CPPD. Luas persawahan di Subang ketiga terbesar setelah Indramayu dan Karawang, dan tetap saja perlu adanya cadangan pangan. Hal itu, guna mengantisipasi jika terjadinya bencana alam yang cukup berat. Apalagi, Subang ini jadi langganan banjir dan tanah longsor,” ungkapnya.
Sementara ini, dia menyebut bahwa instansinya itu sedang terus mendorong upaya tanam dengan pola IP 400. Dengan begitu, selama setahun areal persawahan bisa empat kali panen. Bahkan, IP 400 ini cukup menjanjikan untuk pemenuhan kebutuhan pangan nasional.
“Jadi, areal sawah yang didukung oleh irigasi teknis, bisa empat kali panen dalam setahun. Dengan cara ini, maka ketahanan pangan bisa terjamin, masing-masing rumah tangga, memiliki bahan pangan dengan cara tanam di areal rumah. Sedangkan petani yang didukung irigasi teknis, didorong untuk tanam empat kali dalam setahun,” tambahnya.