Menjaga Marwah Kejujuran sebagai Etika Akademis di Kampus

Menjaga Marwah Kejujuran sebagai Etika Akademis di Kampus
0 Komentar

Di masa yang sarat dengan politik ini, juga terjadi  tindakan melanggar etika Kampus yang dilakukan oleh institusi dalam bentuk pemberian obral gelar doctor honoris causa kepada orang yang tidak kompeten karena alasan yang seakan dibuat secara akademik, ini akan merendahkan martabat Perguruan Tinggi yang bersangkutan. Tidak tertutup kemungkinan untuk meraih ambisi politik pribadi, seorang penguasa kampus bisa berbuat tidak adil terhadap perilaku politik yang ujungnya memperoleh keuntungan politik dalam bentuk jabatan, dll.

Kejujuran mengacu pada karakter seseorang salah satunya siswa sampai mahasiswa. Kejujuran sebaiknya menjadi prinsip yang harus dipegang teguh dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari hari baik di lingkungan rumah, masyarakat maupun di lingkungan Kampus. Kejujuran juga harus diterapkan di berbagai bidang kehidupan, baik di kantin, saat diskusi maupun di ruang ujian. Pendek kata kejujuran untuk saat dan situasi apapun,  dimanapun dan kapanpun atau kejujuran  yang menyeluruh atau kaffah. Kejujuran adalah akhlak yang mulia yang harus terpatri pada setiap insan termasuk insan Kampus. Ketidakjujuran mahasiswa bisa membuat nilai akademik mahasiswa menjadi bagus, tetapi menjadi hal yang buruk ketika mahasiswa tersebut untuk mencari pekerjaan. Dikarenakan ilmu yang didapat pada masa kuliah tidak bisa diterapkan pada saat bekerja yang disebabkan ketidakjujuran. Ketidakjujuran akan merusak masa depan bangsa karena akan didisi oleh pemimpin yang korup. Kejujuran memang harus dipraktekakan bukan retorika belaka. Tujuan kuliah bukan mendapatkan nilai tetapi mendapatkan ilmu kemudian mengaplikasikan untuk kebaikan umat.

Kita harus berusaha untuk jujur dan adil saat ujian. Kenapa harus adil? Ya karena sama saja kita tidak menghargai teman kita yang sudah belajar dengan tekun. Kita pun juga bisa rugi apabila mencontek atau tukar jawaban dengan teman kita. Rugi? Apabila kita mencontek atau tukar jawaban dengan teman sedangkan kita saja tidak tau apakah jawaban teman kita benar atau salah. Beruntung kalau benar, kalau sudah salah kita sendiri yang merasakan ketidak adilan itu. Maka dosen harus memberi sangsi yang tegas untuk tujuan yang lebih mulia dan lebih berharga.

0 Komentar