JAKARTA–Hingga saat ini belum ada penelitian terhadap pengaruh Vaksin Covid-19 bagi ibu hamil dan bayi yang dilahirkan. Pertimbangan etika menjadi alasan mengapa hingga kini pakar belum melakukan penelitian mendalam terhadap pengaruh vaksin Covid-19 pada ibu hamil.
“Penelitian pada ibu hamil tidak etis ya. Jadi, vaksin manapun tidak ada penelitian terhadap ibu hamil. Kalau kita bikin pernyataan, nanti kalau anaknya cacat atau ada apa-apa, jangan menyalahkan kita. Itu kan tidak etis,” kata Ketua Tim Advokasi Pelaksanaan Vaksinasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Iris Rengganis, di Jakarta, Senin (22/3).
Rekomendasi WHO terhadap penggunaan vaksin influenza bagi ibu hamil, lanjut Iris, merupakan kabar gembira. Namun, kebijakan itu belum tentu berlaku juga bagi vaksin Covid-19.
Baca Juga:Soal Libur dan Mudik Lebaran Ini Jawaban Wakil Presiden Ma’ruf AminAstra Zeneca Aman Digunakan
Menurutnya, vaksin Covid-19 yang kini beredar di berbagai negara melalui izin penggunaan secara darurat dan masih memerlukan penelitian lebih mendalam.
Karena itu, pemerintah hingga saat ini belum menganjurkan vaksin Covid-19 kepada ibu hamil. “Sebab pada peserta vaksinasi kelompok dewasa pun, masih sangat super hati-hati betul. Jangan ada komorbid, jaraknya panjang dan lainnya,” ucap Iris.
Dia mengemukakan terdapat fakta bahwa antibodi seorang ibu hamil bisa disalurkan kepada bayi melalui asupan Air Susu Ibu (ASI) serta tali pusat atau plasenta.
“Antibodi kita ada lima macam. Yang dibicarakan IgG untuk infeksi. IgG ini akan diberikan oleh ibu melalui ASI. Atau dari ibu melalui tali pusat kepada bayi. Tapi, kita belum tahu itu antibodinya spesifik atau tidak, Tapi itu antibodi secara keseluruhan,” terangnya.
IgG adalah jenis antibodi yang paling banyak ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh lainnya. Ketika antigen seperti kuman, virus, atau zat kimia tertentu masuk ke dalam tubuh, sel-sel darah putih akan menginga” antigen tersebut. Kemudian membentuk antibodi untuk melawannya.
Dengan demikian, sistem kekebalan tubuh akan mudah mengenali dan melakukan perlawanan. Karena antibodi sudah terbentuk lebih dulu. “Makanya dianjurkan ASI, bukan susu sapi. Supaya dia punya pertahanan antibodi dari ibunya. Tapi kan itu antibodinya belum spesifik, masih global, sifatnya umum,” jelas Iris.