Kembangkan Agribisnis, Ponpes Minnatul Huda Hasilkan Omzet Capai Rp60 Juta

Ponpes Minnatul Huda
ADAM SUMARTO/PASUNDAN EKSPRES AGRIBISNIS: Pondok Pesantren Minnatul Huda sukses mengembangkan agribisnis dengan omzet puluhan juta rupiah.
0 Komentar

PURWAKARTA-Pondok Pesantren (Ponpes) Minnatul Huda berlokasi di Kampung Cibogopeuntas, Desa Cibogohilir, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta. Istimewanya, santri di ponpes ini tidak hanya menuntut ilmu agama dan mengaji saja, melainkan mereka juga dibina guna mengembangkan sektor pertanian atau agribisnis.
Ketua Pendidikan Yayasan Minnatul Huda, Nizar Maulana Malik mengatakan, tujuan pengembangan agribisnis adalah untuk kemandirian ekonomi pesantren. Yakni, dengan memanfaatkan lahan kosong seluas 8.000 meter persegi yang ditanami berbagai jenis benih sayuran, seperti jagung, cabai hijau besar, juga melon pujisawa dan intanon. “Khusus penanaman melon pujisawa dan intanon menggunakan sistem hidroponik atau media tanamnya tanpa tanah. Melainkan dengan menggunakan cocopead yaitu media tanam berdaya serap air tinggi dan dapat menyimpan air dalam jumlah banyak. Adapula media sekam melalui metode green house,” ujar Nizar di lokasi, Kamis (25/3).
Dirinya pun menjelaskan, teknis penyiraman dan pemupukan sayuran tidak dilakukan secara manual, melainkan dengan menggunakan sebuah alat yang terintegrasi pada satu pohon dengan pohon lainnya.
Hal ini dilakukan, kata Nizar, untuk memudahkan dan menekan biaya produksi, sehingga produk yang dihasilkan dapat memiliki nilai keunggulan kompetitif. “Jadi para santri tidak merasa lelah dalam mengurus perkebunan ini,” kata dia.
Adapun hasil panen dari pertanian ini selain untuk memenuhi kebutuhan para santri, juga dijual, dan hasilnya untuk pengembangan saran dan prasaran pondok pesantren. “Pemasarannya melalui media sosial. Saat ini kami memasarkannya di dalam maupun luar kota. Kalau melon ada yang kami jual ke Pondok Pesantren Al Ittifaq di Bandung untuk kemudian dikirim ke Belanda,” kata dia.
Adapun omzet yang dihasilkan khusus untuk cabai besar Rp60 juta dengan keuntungan Rp50 juta per musim empat sampai kali panen. “Paling besar memang cabai, karena paling banyak tanam cabai,” ujarnya.
Meskipun saat ini sudah dikatakan sukses sebagai Unit Usaha Agribisnis, namun kesuksesan itu tidaklah diraih dalam waktu singkat. Ada beberapa proses yang ditempuh hingga akhirnya berada pada titik saat ini.
Nizar pun bercerita, pengembangan sektor pertanian dimulai pada 2015 diawali dengan menanam sayuran jenis kangkung. Kemudian, jagung dan cabai besar yang luasan lahannya terus bertambah, hingga mencoba bercocok tanam metode green house. “Sebelum dijual ke luar, awalnya dijual ke koperasi pondok pesantren, untuk memenuhi kebutuhan para santri di sini, jadi tidak usah beli keluar,” ucapnya.

0 Komentar