Seri Belajar Ringan Filsafat Pancasila ke 39 Memaknai Sila Ketiga “Persatuan Indonesia” Tribalisme

Belajar Ringan Filsafat Pancasila
2 Komentar

Loyalitas tribe yang diikuti oleh Mang Ro dan Mang Re serta pengikut lainnya, dibangun oleh kelompom-kelompok elit di luar jangkauan Mang Ro dan Mang Re. Mereka sendiri tak tahu siapa elit politik itu. Kadang hanya nama saja yang melintas di running teks televisi yang mereka tonton di warung kopi. Mang Ro dan Mang Re menduga nama di running teks itu mungkin elit yang diikuti oleh mereka masing-masing.

Nama yang muncul dan diduga elit itu sebenarnya memanfaatkan simbol-simbol sederhana yang bersifat lokal. Dekat dengan keseharian pengikut atau lawannya. Diksi “kucluk” atau “kadrun” adalah simbol lokal yang digunakan sebagai alat identifikasi kelompok atau lawan. Cova, penulis the tribalisation of society and its impact on the conduct of marketing, menyebutnya local sense of identification untuk simbol sederhana yang bersifat lokal.

Tak hanya itu, kelompok elit juga kadang menggunakan isu agama atau religiousity dicampur dengan syncretisme dan diproduksi dalam bentuk hoaxs, ujaran kebencian, sikap intimidatif, diskriminasi atau lainnya. Tribalisme yang telah dibangun ini kemudian melahirkan narcissisme group atau narcissime collective untuk membangun citra positif kelompoknya. Dan secara bersamaan membangun citra negatif kelompok lawan.

Baca Juga:Penyederhanaan Kurikulum dalam Pembelajaran di Tengah PandemiProgres Capai 96%, Komisi VII DPR Kunjungi PLTGU Jawa-1

Tribalisme yang seperti ini yang akan mengancam sila ketiga “Persatuan Indonesia”. Tribalisme menjadikan tak bertautnya hati yang berbeda. Tribalisme negatif melahirkan kepentingan kelompok dan fanatisme kelompok yang menganggap layak tribenya untuk diperjuangkan. Tribalisme yang seperti ini yang akan menggerogoti negara bangsa, nation state. Negara bangsa yang menuntut semua warga negara bertaut hati dan mendahulukan kepentingan negara dan masayarakat. Mereduksi kepentingan pribadi dan kelompok.

Indonesia juga memiliki tribe-tribe (suku) yang beraneka ragam. Justru itu menjadi kekuatan dan kekayaan Indonesia. Manakala tribe (keanekaragaman suku, budaya, agama) yang menjadi landscap alamiah Indonesia tersebut dikelola dengan baik sebagai bagian dari ke-Indonesiaan. Tribe yang tidak menjadi identitas politik dan memperjuangkan kepentingan pribadi/kelompok. Indonesia adalah persatuan tribe yang berprinsip pada Bhineka Tungga Ika. Harusnya kita sudah selesai dengan tribalisme, untuk Satu Indonesia. Tribe yang menguatkan ke-Indonesiaan. Bukan tribe yang merongrong ke-Indonesiaan.

2 Komentar