Namun sayangnya kebersihan kampus kita masih jauh dari ideal. Salah satu contoh yang bisa kita jumpai adalah kebersihan di beberapa ruangan kantor Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang merupakan cerminan aktivis penghuninya. Lantainya yang berdebu dan kotor, sampah berserakan, barang–barang diletakkan tidak pada tempatnya, sepatu dan sandal berhamburan tidak teratur di depan pintu, bahkan kadang dijumpai barang-barang pribadi milik mahasiswa seperti celana dan kaos berserakan di ruangan tersebut. Kondisi seperti ini tentu tidak sedap dipandang mata. Wajar jika timbul pertanyaan bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Pertanyaan ini tentu saja bukan ditujukan pada pihak cleaning service kampus, melainkan kepada para penggunanya (mahasiswa). Dimana kepedulian dan tanggung jawab pengguna ruangan tersebut terhadap kebersihan?
Agar kampus nampak cantik maka tiap sudut kampus harus bersih dan bersinar. Dan untuk menciptakan kampus yang bersih, rapi nan cantik sebenarnya tidak diperlukan biaya yang terlalu tinggi, teknologi tinggi, dan tenaga yang besar, asal setiap warga kampus memiliki kesadaran dan komitmen akan pentingnya kebersihan. Gedung Kampus UMS yang baru yaitu Gedung Siti Walidah yang berlantai 7 adalah contoh gedung yang bersih, indah dan tertib. Sulit menjumpai sampah di sebarang tempat, itulah kampus UMS idaman masa depan, kampus yang bernuansa keilmuan dan keislaman yang kita impikan. Kampus PTS terbesar di Jawa Tengah dengan jumlah mahasiswa 27.000 lebih ini masih menjadi daya tarik yang besar meskipun pandemic karena 8.000 maru masih memilih kampus yang bernuansa religi.
Memang seharusnya semangat menjaga kebersihan lingkungan harus dimiliki oleh setiap orang. Karena dampak kelalaian satu orang saja, akan mengakibatkan kerugian pada banyak orang. Misalnya kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan. Jika kita memaklumi perilaku satu orang yang membuang sampah sembarangan itu maka apabila ada seratus orang dengan perilaku yang sama, lalu berapa banyak sampah akan berserakan di sekitar kita.
Baca Juga:Seri Belajar Ringan Filsafat Pancasila ke 39 Memaknai Sila Ketiga “Persatuan Indonesia” TribalismePenyederhanaan Kurikulum dalam Pembelajaran di Tengah Pandemi
Oleh karena itu, setiap orang harus ikut berperan sebagai penjaga kebersihan. Proses ini harus dilakukan oleh seluruh civitas akademika mulai dari pesuruh, mahasiswa, dosen, hingga professor. Idealnya setiap area kampus memiliki penanggung jawab terhadap kebersihan, dengan tetap menjadikan setiap orang sebagai peserta aktif terhadap kebersihan. Seluruh warga kampus harus memandang kampus dengan kaca mata seorang pengunjung, sehingga dapat dipastikan setiap yang melihat kampus akan mendapatkan impresi yang baik tentang kampus. Bukankah semua orang suka kebersihan bahkan sangat mendambakan kebersihan lingkungan dimana mereka beraktivitas, tinggal sementara, ataupun sekedar untuk datang berkunjung. Lingkungan yang kotor dan tidak terpelihara tidak pernah menjadi tempat yang ingin dikunjungi orang untuk ke dua kalinya.