Kapasitas kelas yang biasanya 36 siswa, kata dia, harus dibagi dua. Maka, jam mengajarnya pun menjadi dua sif. Dibuat pula rute-rute khusus, keluar masuknya, jangan sampai terjadi bottle neck yang mengakibatkan kerumunan siswa. Termasuk, mempersyaratkan adanya pernyataan orang tua yang mengizinkan anaknya ikut PTM. Yang juga tak kalah penting adalah adanya izin akhir dari Satgas COVID-19.
“Sekarang sudah memasuki April, masih ada waktu di Mei, Juni, dan Juli. Karenanya, saya rekomendasikan semua pihak untuk siap-siap. Baik itu pihak sekolah menyiapkan semua konsepnya, kemudian dikonsultasikan SMA/SMK kepada KCD, kalau SMP kepada Kepala Dinas Pendidikan setempat untuk disetujui,” kata Gus Ahad.
Sehingga, bila sudah siap segera dilaporkan kepada Gugus Tugas untuk kemudian diverifikas. “Apakah nanti PTM benar-benar terlaksana atau tidak, yang pasti semua tetap harus bersiap. Jadi silakan sekarang semua sekolah berkoordinasi dengan dinasnya untuk mendapatkan asistensi bagaimana skenarionya di setiap sekolah itu,” ucapnya.(add/adv)