Bicara soal masuknya ajaran islam ke wilayah Bandung, tentu tidak bisa lepas dari Kampung Mahmud. Kampung adat yang berdiri sejak abad ke-16 itu masih bertahan meski digilas modernisasi. Berada di tepian Sungai Citarum, ratusan kepala keluarga di Kampung Mahmud memegang teguh warisan nenek moyang mereka.
EKO SETIONO, Bandung
Secara administratif, Kampung Adat Mahmud terletak di wilayah Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung.
Warga asli Kampung Mahmud mayoritas memiliki desain rumah yang hampir seragam. Bangunan dengan konsep panggung, dinding bilik dan jendela tanpa kaca masih kokoh berdiri. Konsep rumah itu memiliki filosofi kesederhanaan sesuai pesan leluhur mereka.
Baca Juga:Dua Kali Mantap-mantap dengan PSK Bule asal Swedia Gak Mau Bayar, Ini AkibatnyaPengendara Diminta Waspada Melintasi Kolonel Masturi
Eyang Dalem Haji Abdul Manaf atau Syekh Abdul Manaf, begitulah mereka menyebut leluhur Kampung Mahmud.
Syekh Abdul Manaf merupakan pendiri Kampung Adat Mahmud dengan memilih lahan di tepi Sungai Citarum. Dari kampung itu, Syekh Abdul Manaf mulai menyebarkan ajaran islam di wilayah Bandung Selatan.
Abdul Manaf merupakan seorang ulama putra dari Dalem Natapradja dan cucu dari Bupati Dalem Dipati Agung Suriadinata. Abdul Manaf diperkirakan menyebarkan islam di Bandung semasa hidupnya sekitar tahun 1650-1725.
Tidak ada naskah atau pun bukti tertulis mengenai silsilah Syekh Abdul Manaf. Sejarah soal Syekh Abdul Manaf dan pesan dakwahnya hanya disampaikan melalui lisan secara turun temurun. “Saya keturunan ke-9 dari Eyang Dalem Haji Abdul Manaf. Tidak ada naskah, kita sampaikan secara turun temurun ajaran dari beliau,” ujar sesepuh Kampung Adat Mahmud, Eyang Haji Syafii (70 tahun). Kemarin.
Di bangunan rumah panggung dengan jendela menatap Sungai Citarum, Eyang Syafii mulai bercerita dari mana nama Mahmud dilekatkan pada kampung ini. Nama Mahmud tentu tidak lepas dari doa Syekh Abdul Manaf untuk masyarakat kampung dalam jangka panjang. “Nama Mahmud ini berasal dari ide Eyang Dalem Haji Abdul Manaf sepulang dari tanah mekah. Beliau membawa sekepal tanah dari mekah kemudian dibawa ke sini. Tanah yang ia bawa kemudian diletakkan di sebuah lahan yang selanjutnya ia jadikan sebuah masjid,” terang Syafii.