Oleh: Nur Rahmawati, S.H.
Penulis dan Praktisi Pendidikan
Banyaknya suara merdu tilawah, terdengar di masjid sampai musala menambah syahdu dan khidmat. Semua itu adalah keajaiban dari bulan ramadhan mulia. Selain sebagai bulan turunnya Al-Qur’an juga bulan penuh ampunan. Ramadhan memang bulan berkah penuh limpahan rahmat dan pahala. Berlomba menjadi pemenang merupakan upaya positif yang harusnya dilakukan setiap muslim.
Saat ini dapat kita lihat, bahwa upaya-upaya untuk melakukan hal di atas tidaklah mudah. Apalagi jika di masa pandemi saat ini, bulan ramadhan terlewatkan begitu saja dengan amalan yang minimalis. Bahkan, tak sedikit dari umat Islam menganggap sepele dan beban bagi mereka dalam melakukannya. Lantas apa yang harus dilakukan untuk menghadapi bulan berkah ini agar menjadi pemenang dan sukses ramadhan? Maka perlunya planning untuk sukses ramadhan agar terwujud, diantaranya:
Pertama, membiasakan diri untuk berkata yang berfaedah, tidak dengan suara keras atau gaduh. Hal ini akan mengurangi kenikmatan berpuasa kita di bulan ramadhan, bahkan Rasulullah sendiri juga memberikan peringatan akan hal ini. Jadi sedikit bicara dan bergurau. Manfaatkan waktu untuk meraih pahala dengan mengkaji ilmu Islam dan menyampaikannya.
Baca Juga:Ekosistem Data, Berpotensi Langgengkan Hegemoni KorporasiHarga Pangan Melambung, Emak-Emak Bingung
Kedua, memahami esensi dari puasa ramadhan yaitu untuk mencapai takwa. Sehingga, perlunya menjaga diri dari perbuatan maksiat kapanpun, tidak hanya pada saat puasa saja. Jika saat ini ada kebiasaan-kebiasaan yang tidak berfaedah atau bahkan melanggar syariat Nya maka saatnya mulai saat ini juga untuk ditinggalkan selamanya. Perlunya ketaatan kepada syari’at secara total.
Ketiga, buat rencana strategis misalnya perbanyak dzikir. Jika hari-hari biasa berdzikir hanya 500 kali maka upayakan untuk 1500 kali atau bahkan lebih.
Keempat, hindari melawan atau menanggapin seseorang yang lagi marah dengan mengatakan “saya lagi berpuasa.” Hal ini akan membantu kita untuk terhindar dari perbuatan salah lebih jauh lagi yang akan berujung pada batalnya puasa dan bahkan akan melakukan maksiat.
Kelima, rencanakan doa setiap harinya 1 doa di waktu mustajab. Seperti waktu sebelum berbuka atau mendekati waktu berbuka. Doa adalah kewajiban dan amunisi kaum muslimin. Maka meninggalkannya bagian dari kesombongan yang ditampakkan kepada Allah. Padahal, kita tau bersama bahwa kitalah yang membutuhkan doa tersebut.