Dijelaskan Ivan, kondisi pabrik-pabrik yang membutuhkan tenaga kerja wanita dan lebih diprioritaskan. Hal tersebut menjadikan wanita saat ini berjuang memenuhi perekonomian keluarganya. “Ini fenomena yang terjadi. Pabrik di Kabupaten Subang lebih memprioritaskan tenaga kerja perempuan dibandingkan laki-laki, dikarenakan pabrik di Subang didominasi pabrik yang bergerak di bidang garmen,” ujarnya.
Bahkan, tenaga kerja ke luar negeri atau Pekerja Migran Indonesia di Kabupaten Subang, sebelum Covid-19 tidak kurang dari belasan ribu pertahunnya yang berangkat dan didominasi wanita. “Tujuannya menjadi Pembantu Rumah Tangga (PRT), yang didominasi wanita,” ungkapnya.
DPRD Dorong Pemkab Siapkan SDM
Ketua Komisi IV DPRD Subang H. Sumarna dari Fraksi Gerindra menyoroti kesiapan tenaga kerja perempuan sambut industrialisasi dan perlindungannya di Subang.
Baca Juga:Problematika Ibu Rumah Tangga dan PekerjaPemilih Terbanyak, Keterwakilan Legislatif Minim
Menurutnya, kesiapan perempuan berdaya saing di era industrialisasi Subang ke depan, harus disertai dengan perlindungan haknya sekaligus. Namun hingga hari ini Subang belum memiliki aturan teknis turunan dari UU Ketenagakerjaan yang sudah termasuk di UU Omnibuslaw.
“Kami juga sedang merumuskan, terkait kepastian aturan dari turunan Omnibuslaw tersebut, terutama soal perlindungan hak dari pekerja perempuan. Apalagi ke depan Subang akan mengahadapi industrialisasi,” paparnya.
Dia juga menekankan pada eksekutif agar serius dalam menyiapkan pelatihan dan sebagainya untuk mempersiapkan pekerja perempuan unggul, terutama soal anggaran. “Keluarkan anggaran yang besar untuk pelatihan, sebagai bukti keseuriusan eksekutif menyiapkan SDM,” tambahnya.
Sumarna berharap, agar perempuan-perempuan Subang bisa lebih ekplorasi terhadap potensinya, di bidang apa saja. Baik politik, hukum, seni, atau apapun. Berkaitan dengan hari Kartini dia juga berharap semangat Kartini dalam bisa terawat dalam benak setiap generasi di Subang.
“Kembangkan potensi, apapun bidangnya, dengan didukung kemajuan tekhnologi hari ini. Perempuan di Subang khususnya bisa lebih maju, apalagi ruang itu terbuka, oleh negara saja difasilitasi. Misal di legislator berapa persen kan harus perempuan. Artinya peluang itu terbuka, tinggal kembali ke individu, mau atau tidak,” tukasnya.(idr/ygo/vry)