SUBANG-Jembatan gantung yang berlokasi di Desa Cikaum timur Kecamatan Cikaum yang ambruk karena sungai Ciasem yang meluap pada bulan Februari 2021 lalu, menjadikan warga yang hendak menyeberang harus menggunakan getek. Sebab, alur lintas yang menghubungkan kecamatan Cikaum dan Pagaden barat tersebut banyak warga yang menggunakan. Getek merupakan kayu sebagai alas dan ditarik dengan tali disepanjang lintasan.
Tokoh Desa Cikaum, Fadilah mengatakan, pasca jembatan gantung yang amburuk karena luapan sungai Ciasem beberapa waktu yang lalu, kini warganya harus memakai alat transportasi getek. alat transportasi sangat diperlukan mengingat aktivitas warga yang harus berpergian ke kecamatan sebelah. Salah satu jalan, harus memakai getek. “Ini karena jembatannya ambruk. Jadi warga Cikaum yang mau ke Pagaden barat harus pakai getek, begitupun sebaliknya,” katanya.
Dijelaskan Fadilah, sebenarnya warga menjerit tiap harus menyebrang dengan menggunakan getek tersebut. Disamping kapasitas untuk menyebrang hanya sedikit, juga dengan memakai getek seperti kembali ke zaman dulu, dimana belum ada jembatan penyeberangan. “Batin mereka pasti menjerit, karena zaman sekarang masih menggunakan getek,” katanya.
Baca Juga:THR untuk PNS di Subang Ditunda, Ini AlasannyaAs-Syifa Al-Khoeriyyah Berbagi Kado Lebaran Anak Yatim
Fadilah mengatakan, warga sudah meminta agar jembatan penyebrangan di buat lagi. Namun dari bulan Februari 2021, semenjak jembatan ambruk, sampai sekarang masih belum ada pembangunan lebih lanjut. Padahal, aktivitas warga yang menggunakan jembatan gantung tersebut lumayan tinggi. Untuk pergi ke Pagaden Barat – Cikaum, jembatan tersebut sangat vital fungsinya. “Itu sangat vital, saya dan warga sudah ingin di bangun jembatan yang baru,” ungkapnya.
Camat Cikaum Asep Sopandi saat dihubungi via telpon mengatakan, keinginan warga untuk pembangunan jembatan penyeberangan baru tersebut sangat didukung oleh dirinya. Bahkan, setelah jembatan gantung tersebut ambruk, dirinya dengan kepala desa setempat langsung mengajukan usulan pembangunan jembatan baru kepada Pemerintah Daerah Subang. “Sudah kita usulkan. Kabarnya beberapa waktu yang lalu sudah ada survei lokasi untuk pembangunan jembatan baru,” katanya.
Dijelaskan Asep, jembatan gantung yang roboh dan terbuat dari kayu dan bambu tersebut, dibuat warga secara swadaya. Sebab, jika membuat jembatan gantung baru tidak akan memungkinkan, dikarenakan biaya yang harus dikeluarkan lebih dari Rp150 juta. Maka dari itu, pihaknya mengajukan usulan ke Pemda Subang. “Tidak akan bisa, menurut saya jika swadaya masyarakat,” ujarnya.