Maksud Surat Edaran tersebut adalah mengatur pengetatan persyaratan Pelaku Perjalanan Dalam Negeri (PPDN) yakni dari tanggal 22 April-5 Mei 2021 dan 18-24 Mei 2021, dengan tujuan untuk mengantisipasi peningkatan arus pergerakan penduduk yang berpotensi  meningkatkan penularan kasus antardaerah pada masa sebelum dan sesudah periode peniadaan mudik diberlakukan. Namun demikian, upaya pelarangan tersebut ternyata tidak cukup membuat masyarakat paham dan menyadari mengenai dampak besar yang akan ditimbulkan, karena berdasarkan survei Kementerian Perhubungan, terdapat 18,9 juta orang yang tetap berencana akan mudik meski pemerintah sudah menyatakan pelarangan disertai sanksi yang tegas.
Hendaknya masyarakat benar-benar bisa mentaati pelarangan pemerintah tersebut, hal ini bukan tanpa sebab, Pemerintah dan kita semua jelas tidak mengharapkan terjadinya lonjakan badai penularan Covid -19 seperti yang sedang terjadi di India sat ini. Melansir The Independent, Jumat (23/4/2021), Pemerintah India sudah sangat yakin bahwa negaranya  bisa melewati gelombang terburuk penularan Covid -19 diakhir tahun 2020. Terbukti tingkat penularan virus menurun selama kurang lebih 30 minggu berturut-turut. Sayangnya kondisi ini tidak dimanfaatkan Pemerintah untuk memperbaiki semua inprastruktur dan fasilitas kesehatan lain yang mendukung dan menggiatkan program vaksinasi secara lebih agresif, Masih dari The Independent, ketika virus mulai menyerang tahun lalu, aturan lockdown diberlakukan sangat ketat di India selama berbulan-bulan untuk mencegah sejumlah rumah sakit yang akan kewalahan menghadapi lonjakan pasien.
Kasus yang ekstrim dan tidak boleh terulang terjadi di IndiaAk, yang saat ini  menjadi berbalik 180 derajat. India sebagai Negara terbesar penduduk no 2 di dunia, menjadi negara yang tercatat sebagai pemecah rekor di dunia dengan jumlah pasien terbanyak perhari, yaitu mencapai 314.835 kasus. Akibat lonjakan ini tentu membuat kebutuhan layanan kesehatan menjadi sangat tinggi dan tidak terkendali. Dokter dan tenaga medis menjadi sangat kewalahan, volume yang sangat besar, mutasi virus, kecepatan penularan dan ketakutan yang luar biasa dengan kondisi di sekeliling, keterbatasan sumber daya jelas itu menjadi momok yang sangat menakutkan.
Baca Juga:Pandemi dan Belajar Sepanjang HayatIming-iming Investasi Asing untuk Kesejahteraan
Kembali kepada fenomena mudik ke kampung halaman di masa pandemi Covid-19 jelas sangat berbahaya, karena hal ini dapat memberikan bahaya dari diri kita ke orang lain, maupun orang lain yang akan membahayakan kita. Jika masyarakat tetap nekad mudik di tengah situasi pandemi seperti saat ini, maka bahaya virus corona akan terus mengintai dan membuat kondisi seperti ini akan berlangsung lebih lama lagi. Terbukti saat ini sudah ada beberapa daerah yang semula adalah zona hijau bebas dari Covid-19 malah terjadi penyebaran virus corona yang disebabkan karena adanya pergerakan masyarakat yang cukup besar dari daerah pusat penyebaran.Masyarakat dihadapkan pada dilemma antara kepentingan silaturahmi dengan kepentingan menghambat penyebaran covid-19. Kita lihat mana yang dipilih?