Disamping suka tapi juga berbalut duka karena pembelajaran secara daring tidak bisa efektif dan maksimal. Terlebih lagi, pembelajaran jarak jauh tersebut dilakukan tanpa adanya persiapan yang benar-benar matang. Penerapan pelaksanaan PJJ baru kali ini dilaksanakan dan belum ada pelatihan sebelumnya. Hal ini tentunya membutuhkan persiapan yang tidak mudah. Di awal pelaksanaan PJJ banyak kendala yang muncul, diantaranya ketersediaan smartphone yang dimiliki siswa. Masih banyak siswa yang tidak mempunyai smartphone yang dapat mendukung terlaksananya pembelajaran dengan sistem daring.
Keterbatasan kuota yang dimiliki siswa juga menjadi kendala yang tidak bisa dihindari, meskipun pada akhirnya pemerintah melalui Kemendikbud menyalurkan bantuan kuota internet, tetapi tidak semua siswa memperoleh, masih ada sejumlah siswa yang tidak mendapatkan kuota dari pemerintah. Hal lain yang juga menjadi kendala utama adalah masalah sinyal, banyak siswa terutama yang tinggal di pelosok yang tidak dapat terjangkau oleh jaringan internet. Hal ini tentunya membuat siswa tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran secara daring
Selain kendala teknis yang memang sulit untuk dihindari, dalam penyampaian materi oleh gurupun, tetap mengalami kendala. Penyampaian materi tanpa tatap muka langsung, masih kurang optimal dan siswa susah menyerap maksud dari pembelajaran yang disampaikan.
Baca Juga:Sambut Idul Fitri, Aqua Subang Berbagi dengan Masyarakat SekitarMenikmati Lezatnya Buah Ibadah Puasa
Guru juga pastinya kesulitan untuk memantau siswa satu-satu. Penyampaian materi selama PJJ dapat diberikan langsung dengan mempergunakan aplikasi video conference seperti zoom, google meet. Namun tidak jarang pada saat pembelajaran banyak siswa yang hanya sekedar ikut saja, tetapi tidak menyimak penjelasan guru, dengan mematikan audio maupun videonya. Fenomena ghosting ini telah merata dan perlu mengkondisikan kelas sebelum pembelajaran berlangsung seperti dipresensi secara sampel, ditanya beberapa orang kemudian diberi apresiasi atau dalam bentuk lain bahwa mereka yang aktif berdiskusi dan kerjakan tugas, berapa persen dst, harus ada sentuhan.
Selain materi, faktor penilaian siswa juga menjadi kendala tersendiri. Selama PJJ siswa masih susah untuk bisa mengumpulkan tugas yang diminta guru sesuai waktu. Padahal untuk penilaian, tolok ukurnya pastinya berbeda dengan pembelajaran tatap muka, keaktifan siswa dalam pembelajaran juga menjadi pertimbangan. Pada saat PJJ, siswa yang penting bersedia mengumpulkan tugas yang diberikan. Kemudian, antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran secara online hal itu juga menjadi penilain tersendiri. Guru juga kesulitan untuk menilai dan mengetahui kemampuan siswa, karena ketika siswa mengerjakan tugas ataupun mengerjakan ulangan, bukan tidak mungkin siswa mempergunakan bantuan, baik itu menggunakan mesin pencari ataupun meminta bantuan dari orang lain. Sehingga nilai yang diperoleh tentu bukan hasil murni dari siswa yang bersangkutan.