Sekolah Ketahanan Pangan
Mengapa harus sekolah, mungkin pertanyaan ini ada dibenak kita? Ya sekolah, bukan hanya sekolah pertanian namun seluruh sekolah, minimal tingkat SMA. Sekolah sebagai wadah terwujudnya Transfer of Knowlegde adalah tempat yang tepat menanamkan sejak dini pentingnya mewujudkan Ketahanan Pangan. Bagaimana penerapannya? Jawabnya kembali pada kreatifitas tiap sekolah. Secara perangkat sebenarnya sudah memadai, kurikulum 2013 memungkinkan program ini berjalan di tiap sekolah. Mau dimasukkan sebagai Mata Pelajaran Muatan lokal yang berdiri sendiri ataupun menjadi Mata Pelajaran Muatan Lokal yang terintegrasi dalam Mata Pelajaran lain seperti Geografi, Kewirausahaan, Biologi, Kimia, Ekonomi, dll, dimana di tiap pelajaran itu memiliki bab /sub bab yang berhubungan dengan materi Ketahanan Pangan sehingga bisa dijadikan kegiatan Ko-Kurikuler yang terjadwal. Atau bisa juga menjadi kegiatan ekstrakurikuler maupun Kegiatan Program Keunggulan Lokal Masing-masing sekolah.
Bayangkan jika tiap sekolah melaksanakan kegiatan ini, missal : sekolah di Kabupaten Brebes melaksanakan budidaya Bawang atau juga produksi Telor asin, sekolah di Kabupaten Banyuwangi dan Sampang melaksanakan budidaya kedelai. Sekolah di wilayah Lampung melaksanakan budidaya Singkong (Ubi kayu), dan sekolah lainnya yang tersebar di seluruh Indonesia dengan keunggulan produksi pertanian, peternakan, perikanan masing2 wilayah. Swasembada Pangan di tiap daerah akan terwujud, minimal saat siswa lulus dari sekolah tersebut mereka memiliki keahlian tambahan mengenai pangan ini dan bisa diaplikasikan di rumah masing2. Lalu muncul kembali pertanyaan, bagaimana dengan sekolah-sekolah di perkotaan? yang memang secara karakter bidang pertanian maupun ketersediaan lahan sangat kurang. Jawabannya adalah Urban Farming, berbagai metode budidaya pangan jenis Urban Farming sudah lama diperkenalkan, yaitu : Vertical Culture (penanaman bertingkat), Tabulampot (Tanaman Buah Dalam Pot), Hidroponik dengan berbagai sistemnya (NFT, DFT, Aeroponik, Drip dll), Budidamper (budidaya dalam ember), menjadi jawabannya.
Izinkan penulis berbagi pengalaman dalam merancang Sekolah Ketahanan Pangan disekolah yang lama. Berikut adalah rancangannya :
Baca Juga:Kesejhateraan Buruh Kian TerpurukSuka Duka Guru Mengajar di Masa Pandemi Covid-19
Sekolah Ketahanan Pangan yang dirancang menanungi 3 kegiatan yang saling beririsan, yaitu Hidroponik, Budidaya Ikan (dalam hal ini Lele), dan yang ketiga Bank Sampah. Kegiatan Hidroponik dengan system NFT merupakan usaha untuk memproduksi berbagai sayuran seperti : kangkong, pokcoy, bayam, bayam merah. Prosesnya mulai dari pemilihan bibit, penyemaian, pemeliharaan, panen, pengepakan hingga penjualan serta menghasilkan sebuah produk. Keberlanjutan pangan adalah sebuah keniscayaan, akan tetapi konversi lahan pertanian akan menggerus pangan, oleh karena perlu dan pasti ada kebijakan untuk menyelamatkan pangan di Indonesia denga Sekolah Ketahanan Pangan sebagai salah satu kebijakannya. (*)