BANYAK topik yang harus ditulis setelah lebaran ini. Selain, sudah pasti, banyak target yang akan dikerjakan pula. Sebab bagi saya, Pandemi Covid-19 juga benar-benar menantang: menguras pemikiran sekaligus menimbulkan gairah baru.
Setidaknya kita harus merenung agak mendalam. Bagaimana kita harus makin relevan dengan keadaan. Bagaimana manusia harus makin adaptif dengan ‘evolusi’ bumi ini.
Lembar demi lembar uraian Yuval Noah Harari dalam ‘Homo Deus’ kadang makin membuat percaya diri bahwa dalam rentang sejarahnya, manusia punya daya tahan luar biasa. Mampu bertahan di segala proses evolusi bumi atau istilah apa pun namanya.
Baca Juga:Kapolsek: Taman Anggur Milik Oni SOS Ditutup Sementara, Ini Alasannya! Sempat Ditutup, Taman Anggur Kukulu Milik Oni SOS Kembali Dibuka Sore Ini
Tinggal bagaimana caranya kita adaptif. Caranya itu disebut inovasi. Untuk apa? Untuk merespons perubahan. Sebab perubahan itu sendiri memang kekal adanya.
Prof Rhenald Kasali, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia menyebutnya kita harus melakukan disrupsi (disruption). Suatu proses perubahan dari dalam diri karena sadar akan kondisi. Tema yang digaungkan bahkan sebelum pademi hadir. Saat internet merambah ke semua lini. Kini dihantam pandemi Covid-19 yang menggebuk semua sektor. Sebagian ada yang sudah terlambat merespons. Tertinggal dan tenggelam.
Bahkan dalam Islam pun, nabi Muhammad menasehati umatnya agar hari esok harus lebih baik dari hari ini. Umat Islam disarankan untuk lebih baik usai melewati Idul Fitri. Kembali ke suci. Kembali ke kosongan diri yang bersih dari dosa. Seakan baru dilahirkan. Minimal kita sudah meminta maaf kepada orang yang telah kita sakiti.
Yang makin sedih, kita harus memaafkan dan meminta maaf kepada yang sudah tiada. Ini lebaran yang kedua harus bermasker. Bisa jadi, lebaran dengan menerima kabar: satu atau dua sahabat atau saudara kita, ada yang telah berpulang karena Covid-19.
Hingga 15 Mei 2021, sudah 47.967 warga Indonesia yang tercatat meninggal dunia terinfeksi Covid-19. Itu yang tercatat. Tapi kita harus yakin, kita bisa melewati ini semua. Setidaknya kita sudah ikhtiar: vaksinasi tahap 1 sudah mencapai 13.721.627 orang, sedangkan tahap II sudah mencapai 8.954.300 orang.
Saya sendiri sudah menjalani dua tahap vaksinasi itu. Semoga saya, kita semua menjadi bagian yang adaptif dan bertahan menghadapi semua ini.