Ki Parno adaptasi dari perusahaan di kota (Jawa Pos) ke perusahaan di ‘kampung’ (luar Jawa). Mencari solusi dan melakukan inovasi. Tetap fokus pada kualitas produk dan ‘rasa’ dari produk itu. Di luar Jawa sana, Ia menunjukkan punya daya tahan dan fleksibilitas (resiliensi).
Dan, terakhir, Ki Parno memenuhi syarat punya jiwa kepemimpinan yang fleksibel. Bahasa kerennya: agility leadership. Jenis kepemimpinan mampu memberdayakan SDM, karyawan yang ada ditempatkan sesuai kemampuan dan melahirkan pemimpin baru. Melatihnya, membimbingnya dan memberi contoh. Tidak perlu banyak bongkar pasang SDM. Bukan dengan cara berceramah apalagi pidato. Itulah yang terpapar dengan jelas dalam buku bunga rampai ‘Ki Parno Sang Dalang’.
Meski beda zaman, beda cara, tapi spirit adaptif, resiliensi dan agility benar-benar kita butuhkan saat ini. Selamat jalan Ki Parno sang inspirator. 9 Desember 2020 lalu telah menghadap Sang Khalik. Tersenyum di alam yang abadi.(*)
Catatan Lukman Enha