Dinas Romli

CLUE
0 Komentar

SEHARUSNYA CLUE edisi hari ini membahas Spirit Adaptasi Ke-2. Tapi saya tunda dulu untuk edisi Senin. Kesalip dengan isu yang menurut saya, ini sangat penting juga untuk ditulis. Yakni masalah literasi, masalah buku.

Saya kaget, rupanya Pemkab Subang sudah dua tahun ini tidak menganggarkan membeli buku baru. Anggaran nol rupiah  untuk belanja buku terjadi di tahun 2020 dan 2021. Bahkan terancam hilang juga untuk tahun 2022.

Para pejabat di Dinas Ardapus Dinas Arsip Daerah dan Perpustakaan (Ardapus) masih ‘berjuang’ agar di tahun 2022 usulan anggaran Rp150 juta untuk belanja buku elektronik tidak dicoret. Rencananya, program itu dikerjasamakan dengan Gramedia. Buku elektronik nantinya diakses oleh masyarakat secara daring.

Baca Juga:BRI Bersama PWI KBB Salurkan Paket SembakoPekerja Harian Lepas PT Indo Gemilang Makmur Keluhkan ‘Janji Palsu’ Perusahaan ke Disnakertrans Subang

Jika dicoret, berarti tiga tahun Pemkab Subang tidak mengalokasikan anggaran beli buku baru. Baik buku fisik maupun elektronik. Mungkin begitu sulit menyadari bahwa buku tetap menjadi hal penting dalam postur kebijakan anggaran.

Atau mungkin ketika anggaran itu tidak ada, toh tidak akan ada masyarakat yang demo dan marah. Buktinya di tahun 2020 dan 2021, tanpa ada anggaran buku pun, tidak ada yang protes. Ya sudah coret saja!

Bagaimana kalau benar-benar dicoret? Saya bertanya ke pejabat Dinas Ardapus. “Staf di sini bekerja dengan moto Sajuta. Saya datang ke sini ditambahkan Romli,” kata Kepala Dinas Ardapus, Dr. Yayat.

Apa itu Romli Sajuta? Saya heran. “Rombongan lilahi taala. Semangat jujur dan tabah,” katanya sambil tersenyum. Lalu mempersilakan saya menikmati suguhan kukus pisang dan teh hangat.

Saya ikut tersenyum. Getir. Berarti tidak ada kegiatan? Tanya saya lagi.

“Kegiatan tetap ada. Selalu ada. Ya biaya perjalanan tanggung sendiri. Kan gak ada anggaran. Tahun ini hanya Rp900 juta. Sudah termasuk semuanya. Tidak ada anggaran untuk buku. Kemarin beli hadiah ya kita saja iuran. Tadinya mau pakai piala yang sudah ada saja, ganti tulisannya,” tambah Yayat lagi.

Saya tidak bisa lagi bertanya. Padahal sudah menyiapkan pertanyaan: Berapa indeks literasi warga Subang. Jika dirata-ratakan, setahun berapa buku yang tamat dibaca. Bagaimana implementasi UU No 3/2017 tentang Sistem Perbukuan (UUSP).

0 Komentar