Tapi batin saya yakin. Doktor Yayat yang berbadan kecil itu bisa berfikir besar. Buktinya dulu tahun 2017 dia pernah berhasil menyuguhkan piala Adipura. Waktu itu pialanya diarak Bupati Imas Aryumningsih keliling kota. Tapi jika tanpa anggaran, apakah mampu.
Meski yakin, saya tetap agak sedikit gundah. Saya mencoba bersimpati. Bukan Pemda yang salah. Lebih jauh lagi: Mungkin Dinas Perpustakaan sudah tidak relevan dan penting. Apakah orang masih perlu baca buku di era digital. Siapa yang mau baca buku digital. Jika pun ada. Substansi pertanyaannya mirip dengan ini: apakah koran masih dibaca, saat banyak media online. Nyatanya koran masih terbit. Gramedia masih jualan buku cetak.
Saya berselancar di internet. Mencari jawaban, bagaimana masa depan perpustakaan. Banyak prediksi, bahwa perpustakaan akan tetap ada. Terintegrasi dengan fasilitas café. Lebih nyaman dengan privasi tinggi. Kata para ahli, stimuli daya tangkap membaca buku cetak lebih kuat daripada membuka slide atau scroll file pdf di layar gawai (gadget).
Bagaimana di negara maju?
Baca Juga:BRI Bersama PWI KBB Salurkan Paket SembakoPekerja Harian Lepas PT Indo Gemilang Makmur Keluhkan ‘Janji Palsu’ Perusahaan ke Disnakertrans Subang
Di tahun 2019, Australia meluncurkan program paket buku untuk keluarga yang baru melahirkan anaknya. Agar kelak dibaca anak itu dari sejak balita. Isi buku beragam. Di beberapa negara di Eropa meluncurkan program tinggalkan buku yang sudah dibaca tuntas di tempat umum. Lalu diberi secari kertas catatan: sudahkah Anda membaca buku ini? Aktris pemeran Hermione dalam Harry Potter, Emma Watson pernah turut kampanye program ini. Maklum dia aktris peran yang juga kutu buku. Hingga nasib membawanya memerankan aktor ciptaan dalam buku (Novel) Harry Potter.
Bagaimana di Indonesia?
Saya cari di internet, sulit sekali menemukan informasi program Gerakan literasi real-nya seperti apa. Umumnya hanya seremoni yang isinya imbauan dan ajakan. Lalu pameran buku. Lalu pelantikan Bunda Literasi, Duta Baca, dan sederet kegiatan seremoni lainnya.
Berapa alokasi APBN untuk beli buku? Sulit mencari datanya. Hanya saja BPS mencatat setiap tahun penduduk Indonesia dirata-ratakan hanya menamatkan 5-9 buku. Sebulan hanya berapa halaman saja. Per hari hanya 30-50 menit saja. Mungkin BPS tidak survey: berapa jam membaca status medsos dan Tik Tok-an. Toh itu juga membaca. Hehe.