Seri Belajar Ringan Filsafat Pancasila ke 47

Filsafat Pancasila sila keempat
0 Komentar

Marhaen” dijadikan sebagai identitas ideologis-politik melawan kolonialisme dan ideologi besar dunia dan sejajar dengan  Marxisme atau Liberalisme. Ya “Marhaen” menjadi ideologi “Marhaenisme”. Dijadikan alat perlawanan dan membangun nasionalisme, menuju masyarakat sosial yang diidamkan dan demokratis. Marhaen menjadi konstruksi identitas sosial-ideologis dan negosiasi identitas untuk menyatukan rakyat Indonesia. Soekarno memberi “penanda” yang bisa dijadikan identitas bersama, Bangsa Indonesia.

“Marhaenisme adalah sosialisme demokrasi ala Indonesia,” kata Soekarno.

Seolah menemukan “aha elebrenis” Soekarno, mendeklarasikan Ideologi Marhaenisme, dengan semangat yang menggelora. Ideologi yang menurutnya sejajar dengan ideologi besar Marxisme atau Liberalisme. Marhaenisme adalah pergulatan awal Soeakrno dalam membangun kerangka ideologi Pancasila, di tahun 1920.

“Dan siapakah yang saya maksud dengan kaum Marhaenis? Kaum Marhaenis adalah setiap pejuang dan setiap patriot Bangsa, yang bersama-sama hendak menumbangkan sistem kapitalisme, imprealisme, kolonialisme. Dan bersama-sama dengan massa Marhaen itu membanting tulang untuk membangun negara dan masyarakat, yang kuat, bahagia sentosa, adil dan makmur”.

Baca Juga:Anggaran Pilkades Belum Cair Tapi Aribut Sudah Terpasang, DPRD HeranKaji Landasan Hukum Bangun Pasar Swadaya

“Dan siapakah yang saya namakan kaum Marhaen itu? Yang saya namakan Marhaen itu adalah setiap rakyat Indonesia yang melarat atau lebih tepat: yang telah dimelaratkan oleh setiap kapitalisme, imperialisme dan kolonialisme”.

Begitu Soekarno, mendefinisikan ideologi Marhaennya. Marhaen yang terinspirasi oleh Mang Aeng yang hanya mengusahakan hidupnya dari sebidang tanah, dengan modal sendiri, alat sendiri, hasilnya untuk sendiri. Tak menjadi buruh orang lain. Tak bisa dijual ke orang lain, karena hasilnya yang tak seberapa. Kecil, tak cukup namun mandiri dan berdaulat!

Bagi Soekarno, Marhaenisme, mengandung makna sosio nasionalisme dan sosio demokrasi. Sosio nasionalisme menurut Soekarno adalah nasionalisme- kebangsaan berdasarkan nilai perikemanusiaan, persamaan nasib, gotong royong, hidup kemasyarakatan yang sehat.Nilai kemasyarakatan yang dicirikan adanya ikatan erat kerja sama untuk mencapai tujuan sama bahagia, tidak untuk menggencet dan menghisap. Tak menindas!

Sedangkan sosio demokrasi adalah paham yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat. Rakyat yang mengatur sendiri negara, perekonomian agar maju dengan berlandaskana nilai keadilan, tidak membeda-bedakan orang yang satu dengan yang lainnya. Rakyat sangat menginginkan berlakunya demokrasi politik, demokrasi ekonomi, dan demokrasi sosial.

0 Komentar