Melirik potensinya yang besar secara ekonomi, kementerian pariwisata merancang pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata di kawasan UGG. Di antara 12 Kawasan Ekonomi Khusus, empat diantaranya menjadi KEK pariwisata yaitu KEK Mandalika (NTB), KEK Tanjung Kelayang (Bangka Belitung), KEK Morotai (Maluku Utara), dan KEK Tanjung Lesung (Banten).
KEK Pariwisata secara khusus akan menjadi objek wisata terintegrasi antara wisata alam, wisata budaya hingga wisata MICE (Meeting, Incentives, Convention, and Exhibitions). KEK pariwisata diharapkan mampu mendongkrak PDB, devisa, dan membuka peluang kerja baru bagi masyarakat sekitar kawasan.
Harapan besar terhadap pariwisata untuk mengentaskan kemiskinan dan mendorong produktivitas ekonomi saat ini telah dihancurkan oleh wabah covid-19. Pembatasan mobilitas manusia menghantam sektor pariwisata secara telak sejak awal asa pandemi. Sejatinya ini adalah pilihan logis ketika keselamatan dan kesehatan masyarakat menjadi prioritas. Pariwisata sebagai aktivitas tersier sudah selayaknya dikesampingkan dalam situasi di mana aktivitas primer seperti belajar dan bekerja dilaksanakan secara jarak jauh. Namun terlanjur mencurahkan tenaga dan menggantungkan harapan pada sektor ini membuat pemerintah setengah hati menutup sektor pariwisata sebagai bagian dari upaya mengatasi pandemi. Tempat-tempat wisata dibuka-tutup dengan pertimbangan yang sulit diterima nalar. Akibatnya tentu mudah diduga klaster-klaster baru Covid-19 bermunculan, lonjakan kasus terjadi di berbagai daerah.
Kondisi ini tak hanya membuat geram dan bingung, mudik untuk silaturahmi, sungkem dan berlebaran di kampung halaman dilarang dengan alasan mencegah penularan sementara pariwisata dibuka lebar. Padahal keduanya sama-sama berpotensi menyebabkan kerumunan manusia dan interaksi beresiko.
Baca Juga:Kasus Covid Indonesia Akankah Seperti di India?Menanti Kebijakan untuk Mengatasi Pandemi
Namun inilah kebijakan pemerintah. Demi pemasukan dari pariwisata, mengancam keselamatan rakyat. Seolah-olah tak ada lagi hal yang bisa dilakukan untuk menggerakkan roda ekonomi. Padahal negeri kita adalah negeri kaya-raya dengan sumber daya alam yang berlimpah. Andai sumber daya alam yang melimpah ini dikelola dengan baik demi kemaslahatan rakyatnya, pemerintah tak perlu mengandalkan sektor wisata sebagai solusi memulihkan ekonomi.
Dalam situasi ini amat terasa bahwa rakyat membutuhkan segera pemimpin yang benar-benar memikirkan rakyat dalam setiap kebijakannya; pemimpin yang mengedepankan keselamatan dan kemaslahatan rakyat.