Ramdan Hamdani
(Praktisi Pendidikan dan Pemerhati Sosial)
Rencana pemerintah yang akan mengizinkan kembali sekolah – sekolah untuk menggelar kegiatan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) mulai tahun jaran baru mendatang disampaikan oleh Mendikbud Nadhiem Makarim pada bulan Maret yang lalu. Dalam sebuah diskusi yang digelar secara daring, Mendikbud menegaskan bahwa pembukaan kembali sekolah akan dilaksanakan secara bertahap dengan memperhatikan kesiapan sekolah. Kebijakan tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Kesehatan serta Menteri Agama. SKB 4 Menteri tersebut menjadi dasar atau payung hukum bagi sekolah untuk menggelar PTM terbatas dengan tetap memberlakukan protokol kesehatan secara ketat.
Adapun vaksinasi bagi tenaga pendidik menjadi salah satu syarat bagi sekolah untuk menyelenggarakan PTM. Selain itu peserta didik yang datang ke sekolah harus sudah mendapatkan izin dari orang tuanya. Mendikbud bahkan memberikan lampu hijau kepada sekolah – sekolah yang sudah menyatakan diri kesiapannya untuk menggelar PTM tanpa harus menunggu tahun ajaran baru.
Euforia pun ditunjukkan oleh sebagian besar masyarakat. Pembukaan kembali sekolah bukan hanya akan memberikan kesempatan kepada anak – anak bangsa untuk menuntut ilmu sebagaimana mestinya. Lebih dari itu, roda ekonomi akan kembali berputar seiring beroperasinya kembali unit – unit usaha yang berhubungan dengan peserta didik. Mulai dari mobil jemputan, pedagang asongan, sampai dengan pengusaha buku dan konveksi.
Namun, kegembiraan itu nampaknya tidak akan bertahan lama. Dalam beberapa hari terakhir, beberapa media arus utama memberitakan tentang meningkatnya jumlah warga yang terinveksi Covid –19. Adapun banyaknya warga yang melanggar larangan mudik diduga sebagai penyebab utamanya. Tidak hanya itu, bermunculannya virus varian baru pun menjadi momok yang menakutkan dan perlu diwaspadai. Hal ini tentunya tak dapat dilepaskan dari kebijakan pemerintah yang tetap membuka keran bagi Tenaga Kerja Asing (TKA) di tengah pemberlakuan larangan mudik. Daerah – daerah yang pada awalnya menyatakan kesiapan untuk menggelar PTM pun mulai mempertimbangkan untuk menundanya hingga batas waktu yang tidak bisa ditentukan.
Melihat berbagai pertanda yang ada, kemungkinan untuk kembali menggelar pembelajaran secara daring pada tahun ajaran baru mendatang nampaknya tak bisa dihindarkan lagi. Jika hal ini benar – benar terjadi, perubahan perilaku anak menjadi persoalan yang harus disikapi secara serius. Pengalaman menunjukkan, pandemi yang berlangsung selama setahun ini memberikan dampak yang luar biasa bagi perkembangan mental serta karakter anak. Perubahan kebiasaan terlihat dengan jelas sejak anak “meninggalkan” bangku sekolah. Kebiasaan anak tidur lebih awal dan bangun dini hari sangat jarang kita temukan hari ini. Sebaliknya, bermain game online ataupun menyaksikan berbagai tayangan film melalui internet semalam suntuk dan bangun kesiangan menjadi kebiasaan baru anak – anak kita. Sebagian anak bahkan mulai kecanduan bermain game online serta menonton film – film dewasa.