Menciptakan teknologi tepat guna, dengan modal hanya ratusan ribu rupiah saja, serta alat-alat rumah tangga sebagai bahan dasar, Siswi SMKN asal Subang ini berhasil ciptakan perangkap serangga.
INDRAWAN SETIADI, Subang
Dialah siswi SMKN 2 Subang, bernama Tari Mulyanah yang berhasil menciptakan Teknologi Tepat Guna (TTG) inovatif perangkap serangga.
Teknologi karya pelakar SMK itu dibuat sederhana, murah dan mudah digunakan.
Baca Juga:Wanita Mengaku Jadi Korban Pelecehan Gofar Hilman, Begini KejadiannyaDijaga Ketat, Gedung Pemkab Bandung Barat Kembali Digeledah KPK
Ketika dijumpai pada gelaran lomba TTG Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Subang, Senin (7/6) lalu, Tari Mulyanah sedang mendemontrasikan alat teknologi tepat guna ciptaannya yang diberi nama light trap atau perangkap cahaya.
“Kita ini jurusan holtikultura. Jadi, banyak juga hama serangga pada tanaman yang kemudian menjadi pemicu kita untuk menciptakan teknologi ini,” ujar Tari Mulyanah ketika ditemui di Kantor DPMD Kabupaten Subang, Senin (7/6).
Tari, pelajar SMK negeri di Subang itu mengaku pembuatan alat tersebut bermodalkan Rp106.000 dan sangat sederhana. Alat-alat yang digunakan juga sederhana. Seperti baskom kecil, seperangkat lampu dengan panel surya ditutupi botol air mineral bekas.
Alat itu kemudian disambung dengan pipa kecil, pestisida pembunuh serangga dan beberapa siung bawang putih. “Ide pertama muncul dengan melihat sifat alamiah serangga, yang sehabis hujan biasanya suka banyak laron dan biasanya mengerumuni cahaya,” katanya.
“Kalau pestisida ini saya pelajari dari penelitian Universitas Syiah Kuala yang membahas tentang pestisida alami. Jadi, salah satunya bawah putih ini,” kata dia.
Light trap atau alat perangkap serangga tersebut diciptakan untuk menjebak serangga hama tanaman, maupun serangga rumah yang biasa mengerumuni dapur. Light trap buatan Tari Mulyanah ini juga diciptakan untuk alat bantu pembasmi serangga perkebunan maupun di rumah khusunya di dapur rumah tangga. Tari merancang alat tersebut membutuhkan waktu kurang dari sepekan.
“Kalau dari awal sampai jadi ini hanya tiga hari, tapi dari bimbingan sampai pembuatan itu lumayan lama sekitar dua bulanan soalnya sempat diperbaiki beberapa sistem yang tidak berfungsi,” katanya.