Selain itu sejak Maret 2020, BRI merestrukturisasi sebesar Rp260 triliun dari pinjamannya guna mencegah penurunan bisnis klien yang lebih dalam. Hal tersebut membantu bisnis bertahan selama pandemi.
Di sisi lain, pemerintah menargetkan peningkatkan pembiayaan secara bertahap bagi UMKM yang dianggap sebagai tulang punggung perekonomian di Indonesia. Portofolio kredit UMKM di industri perbankan diproyeksikan meningkat dari 20% pada 2020 menjadi 30% pada 2024.
Menurut Amam hal ini menciptakan tantangan sekaligus peluang bagi pihaknya sebagai lembaga terbesar di Indonesia dan mungkin dunia yang fokus pada segmen UMKM. Hal ini mendorong BRI untuk menemukan pertumbuhan baru. Pihaknya melihat peluang besar tersebut dapat diperoleh dengan memanfaatkan keunggulan kompetitif di segmen mikro. Bahkan BRI sudah lama masuk lebih dalam ke pasar yang lebih bawah yaitu ultra mikro.
Baca Juga:Klaster Universitas Singaperbangsa Karawang Kembali BertambahBuka Cabang Baru, Delisa Delicious Tawarkan Promo Beli 2 dapat 3 Roti
Untuk pengembangan ultra mikro Amam memaparkan strategi pihaknya yaitu dengan kredit yang lebih kecil hingga Rp10 juta. Selain itu memberikan tenor pendek serta layanan yang lebih efisien dan cepat.
Penerapan strategi ini menurutnya akan membutuhkan digitalisasi karena harus menemukan cara yang paling efisien untuk melayani lebih banyak pelanggan dengan cepat. Menuju kearah sana pihaknya saat ini fokus pada transformasi bisnis di 2 area yaitu digital dan budaya.
“Dalam hal ini, kami terus berusaha untuk mendigitalkan proses bisnis kami dan untuk menemukan dan menciptakan model bisnis baru. Kami tahu bahwa digital hanyalah alat, pada saat yang sama, kami juga perlu mengubah cara kami melakukan bisnis, oleh karena itu transformasi budaya juga harus dilakukan secara bersamaan,” paparnya.
Sebagai gambaran, catatan penyaluran kredit BRI sepanjang kuartal I/2021 sebesar Rp914,19 triliun dengan porsi kredit UMKM mencapai 80,6% dari total portofolio kredit BRI tersebut. Kontribusi kredit segmen UMKM tersebut mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 78,31%.
Perseroan pun memperkirakan, pada rentang tahun 2020 hingga 2025 terdapat lebih dari 45 juta usaha mikro potensial yang siap menyerap kredit. Dari jumlah tersebut, sekitar 22 juta usaha mikro diantaranya diperkirakan menyerap kredit usaha rakyat mikro.