Seri Belajar Ringan Filsafat Pancasila ke 52

Filsafat Pancasila sila keempat
0 Komentar

Memaknai sila keempat “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan”
Bagian ke 6
Kang Marbawi

Sexy Killer

“Uang memiliki kapasitas untuk mendistorsi politik. Uang adalah sumberdaya kekuasaan yang sangat ampuh untuk menentukan kebijakan. Uang memiliki status khusus sebagai sumber daya kekuasaan dan bisnis, sesuai dengan kepentingan oligarkh. Oligarkh bisa menentukan isi undang-undang (kebijakan), dengan uangnya yang lentur dan serba guna.”
Oligarkhi adalah sedikit orang yang memiliki sumber daya keuangan yang lentur untuk memengaruhi kebijakan dan politik sesuai dengan kepentingan bisnisnya. Tujuannya agar kepentingan bisnisnya aman dan tidak terjadi redistribusi kekayaan kepada banyak orang. Para oligarkh sangat berkepentingan dengan para politisi dan tak ketinggalan penguasa. Agar kebijakan yang mereka hasilkan tetap menjaga keamanan bisnis dan kekayaannya. Makanya tak sedikit para oligarkh yang membiayai para politisi, penguasa atau bahkan terjun langsung -nyebur, ke dunia politik.
Film dokumenter Sexy Killer, yang disutradarai Dandhy Dwi Laksono, seolah menegaskan adanya tangan-tangan oligarkh dalam dunia politik dan penguasa. Film yang dirilis menjelang pemilihan presiden 2019 ini memperlihatkan kenyataan pahit yang diderita masyarakat akibat penambangan batu bara di Kalimantan Timur. Kenyataan pahit, bahwa kerusakan lingkungan akibat penambangan tersebut “seolah” didukung oleh kebijakan dan pembelaan tak langsung para penguasa. Sementara kesejahteraan rakyat yang digadang-gadang tak kunjung datang.
Sexy Killer seolah mengonfirmasi teori oligarkhinya Jeffrey A. Winters, pakar politik dari Universitas Northwestern, Amerika Serikat. Penulis buku Oligarkhi menuturkan, pengusaha yang memiliki sumber dana tak terbatas bisa memengaruhi kebijakan pengelolaan sumber daya alam. Dan tak satupun kebijakan tersebut, yang memikirkan dampak kerugian yang akan dinikmati masyarakat. Lagi-lagi rakyat hanya jadi korban.
Seperti halnya Nyoman Derman, seorang warga dari desa Kerta Buana, kabupaten Kutai Kartenagara. Dia harus mendekam tiga bulan dengan tuduhan mengganggu jalannya operasional perusahaan tambang. Padahal dia melakukan protes atas kerusakan lingkungan yang diakibatkan tambang batu bara. Oligarkhi yang menang, rakyat takut untuk protes atas dampak lingkungan dari bisnis para oligarkh. Oligarkh-nya mungkin tak ada di Kalimantan Timur. Dia sedang asyik, entah dimana dan dengan siapa. Mungkin politisi dan penguasa. Sebab rakyat biasa tak ada dalam hitungan lobi.

0 Komentar