JAKARTA—Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto menyampaikan duka mendalam atas wafatnya mantan menteri penerangan era Soeharto, Harmoko bin Asmoprawiro. Harmoko meninggal di RSPAD pukul 20.22 WIB pada Minggu (4/7) setelah menjalani perawatan intensif.
“Atas nama Ketua Umum Partai Golkar dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian menyampaikan duka mendalam dan rasa kehilangan atas wafatnya kader terbaik Golkar dan Indonesia, Bapak Harmoko bin Asmoprawiro, pada hari ini di RSPAD Gatot Soebroto,” tutur Airlangga, Minggu (4/7).
Airlangga mengaku Harmoko adalah panutan bagi seluruh kader partai berlambang pohon beringin.
Baca Juga:Kepala BPIP: Gotong Royong Menghadapi Pandemi Cov-19Pemkab Subang Gelar Apel Siaga, Persiapan PPKM Darurat
Pengabdian Harmoko bagi Indonesia paling besar dilakukan Harmoko saat menduduki menteri penerangan era Presiden ke-2 RI, Soeharto. Selama 14 tahun menjabat sebagai menteri penerangan, Harmoko adalah sosok dibalik gerakan Kelompok Pendengar, Pembaca, dan Pirsawan (Kelompencapir).
Ide inilah yang kini menjelma dan dilakukan di hampir seluruh institusi, melalui peran kehumasan dan juru bicara pemerintah. Menurut Airlangga, saat itu, ide Harmoko ini digunakan untuk menyampaikan informasi dan pencapaian kerja pemerintah kepada rakyat. Harmoko juga melakukan kegiatan Safari Ramadhan ke daerah dan pedesaan. Ini merupakan perubahan paradigma komunikasi publik yang sangat berarti.
“Dengan latar belakang sebagai Jurnalis, beliau mampu memanfaatkan keluasan wawasan dan kemampuan berinteraksi dengan banyak kalangan, sehingga pola komunikasi politik pun menjadi cair, sederhana, tidak lagi sekaku masa-masa sebelumnya,” tuturnya.
Di era kepemimpinan Harmoko saat menjadi ketua DPR/MPR jugalah transisi kepemimpinan nasional terjadi dari Orde Baru memasuki Reformasi.
“Kepemimpinan beliau di masa transisi reformasi sungguh berat dan penuh tantangan. Itu merupakan ujian berat seorang pemimpin partai besar, dan dengan segala dinamikanya berhasil dilalui,” ujar Airlangga.
Harmoko juga menjabat sebagai ketua umum Partai Golkar periode 1993-1998. Pencapaian karier politik sosok kelahiran Nganjuk, 7 Februari 1939 ini menjadi panutan kader Golkar. Salah satu peran Harmoko adalah masuknya aktivis yang direkrut dipentas parlemen dan menjafi tulang punggung partai.
“Itu adalah jejak sejarah beliau yang perlu diteladani, dan saya pribadi mengapresiasi langkah-langkah itu,” tegas Airlangga.