PANDEMI Covid-19 ini banyak membuat orang panik. Panik karena tertular, panik karena bangkrut, panik karena sulit mencari obat, panik karena sahabat, orang dicintai satu per satu isolasi atau bahkan pergi untuk selamanya.
Beda dengan orang biasa, paniknya seorang direktur rumah sakit tentu sangat campur aduk. Saya membayangkan hal itu dirasakan dr. Ahmad Nasuhi, Direktur Utama RSUD Subang. Panik saldo keuangan RSUD menipis, stok oksigen menipis, perawat dan tenaga kesehatan banyak yang terpapar virus, dan bahkan dokter Ahmad sendiri juga terpapar.
Saat menghubungi saya, dokter Ahmad tengah menjalani isolasi mandiri. Sama seperti saya. Ia pun menceritakan beberapa kepanikan dan beberapa solusinya. Untungnya, beliau masih bisa berfikir jernih. Hanya sedikit kurang leluasa. Ia tidak bisa bergerak karena harus isolasi mandiri.
Baca Juga:Kapan PKH 2021 Cair? Ini 3 Bansos KemensosGisele Terbaru, Pamer Body Gitar Spanyol, Netizen Melayang
Saya agak bingung, mengapa dokter Ahmad sampai harus nelpon saya. Ternyata juga panik karena ada berita yang menyebut anak buahnya meminta uang kepada keluarga pasien Covid untuk pemulasaraan jenazah Covid-19.
Kontan dokter Ahmad marah dan melakukan cek sana- sini. Termasuk kepada ‘komandan’ kamar jenazah RSUD. Sebab, pengurusan jenazah itu gratis. Tidak dipungut biaya kepada keluarga korban. Semua disubsidi negara. Bahkan honor petugas pun sudah diakomodir Pemda. Disediakan insentif khusus. Sudah ketemu solusinya.
“Walau memang honor mereka belum cair. Ini dicover anggaran Pemda. Bupati sudah menyetujui mereka dapat insentif khusus. Kalau dari pusat itu tidak ada. Mereka bukan Nakes. Dokter aja tidak semuanya dapat insentif, tidak semua menangani Covid,” jelas dokter Ahmad.
Selain pengurus jenazah, tenaga non medis lainnya yang mendapat honor yaitu petugas yang membersihkan alat-alat di rumah sakit. “Semua kita coba perhatikan, alhamdulilah dapat. Tapi sabar dulu, ini semuanya belum ada pembayaran. Klaim kita ke pusat juga belum ada pencairan, maka kita ajukan dapat dana tidak terduga,” sambung dokter Ahmad.
Panjang lebar dokter Ahmad menceritakan penanganan medis. Saya sudah membaca berita dari media nasional yang menyebut adanya pungutan biaya untuk jenazah Covid. Tapi rupanya itu semua bermula dari klinik yang menangani pasien Covid-19. Padahal seharusnya hal itu tidak dilakukan. Sebab klinik fasilitasnya terbatas.