“RS PTPN aja tidak berani. Ini ada klinik berani merawat pasien Covid. Saya memaklumi, ini karena ada kabar bahwa RSUD penuh, pasien enggan ke RSUD. Padahal, kami belum menyerah. Belum bendera putih. Tidak ada yang kami tolak, hanya kami suruh menunggu kalau lagi penuh ruangannya. Biasanya siang, sore atau malam ada yang pulang. Lalu pasien yang ada masuk. Kan begitu,” jelas dokter Ahmad.
Dokter Ahmad berharap, masyarakat memahami bahwa RSUD Subang tidak sepenuhnya seperti isu yang beredar luas di masyarakat. Meski terjadi lonjakan dan RS kewalahan, tapi jangan pula ada klinik yang sembarangan menerima pasien Covid. Sebab harus ditangani dengan serius.
“Media juga jangan hanya menyampaikan yang mengerikan. Kami belum menyerah. Selama oksigen masih ada. Ruangan masih ada. Kan biasanya yang pulang itu bergiliran. Bahkan oksigen itu kami ambil sendiri. Saya sewa mobil. Tidak lagi menunggu dikirim. Kalau sudah tidak ada nakes, tidak ada oksigen, kami mungkin menyerah. Saya tegaskan kami belum menyerah. Tidak ada pasien yang kami tolak,” dokter Ahmad kembali menegaskan.
Baca Juga:Kapan PKH 2021 Cair? Ini 3 Bansos KemensosGisele Terbaru, Pamer Body Gitar Spanyol, Netizen Melayang
Menurutnya, klinik yang tidak kompeten menerima pasien Covid itu berbahaya. Sebab persediaan oksigen harus memadai juga tenaga medis yang terlatih. Selain itu, harus ada ruangan khusus dan perlintasan yang berbeda dengan pasien lain.
“Nah giliran pasien ini meninggal. Mereka kan belum dilatih, bagaimana pemulasaraan jenazah. Ini awalnya. Maka kami berharap Dinkes mengawasi dan menindak klinik yang tidak kompeten menangani pasien Covid. Ini berbahaya,” tandasnya lagi.
Saya memahami bagaimana paniknya dokter Ahmad. Kepanikannya bukan hanya masalah tudingan pungutan uang pemulasaraan, jauh lebih besar yakni bagaimana agar pasien Covid tertangani serius. Ia gusar ada dokter dan klinik yang berani menangani pasien Covid sembarangan. Padahal tidak tidak kompeten. Sebab itu akan merugikan pasien. Memperburuk penanganan Covid.
Dari uraian dokter ahmad itu, saya pun sedikit lega dengan Langkah-langkah taktis yang diambil manajemen RSUD. Misalnnya:
-Mengamankan stok oksigen–ambil sendiri, sewa mobil
-Keuangan menipis—ajukan dana BTT, disetujui Rp2 miliar