Mungkin karena didera kemiskinan dan ketidakstabilan ekonomi, Pemilu Haiti sulit digelar. Buktinya, Pileg yang seharusnya digelar Oktober 2020 lalu pun gagal dilaksanakan. Juga masalah utamanya karena komitmen pemimpin Haiti yang buruk dalam menjalankan konstitusi.
Menghela nafas. Dari Haiti kita belajar. Tidak jadi jaminan negara yang sudah ratusan tahun merdeka lalu bisa sejahtera. Padahal Haiti adalah negara yang indah. Punya pantai-pantai yang indah seperti Bali dan Lombok. Pariwisata jadi andalan pendapatan negara.
Bahkan para pendiri negara Haiti punya keberanian gemilang. Negara itu dimerdekakan oleh budak. Ya, budak Prancis yang didatangkan dari Afrika kemudian memimpin perlawanan terhadap Prancis.
Baca Juga:Antusiasme Tinggi, bjb Sekuritas Ungkap Tips Aman Berinvestasi di Tengah PandemiGugat Menkumham di PTUN, Pengacara KSP Moeldoko Diduga Pernah Palsukan Surat Kuasa
Padahal, saat itu, Prancis tengah dipimpin oleh Napoleon Bonaparte. Dikenal luas karena kehebatannya melakukan penaklukan. Tapi, Napolen rela mundur dan mengikhlaskan Haiti merdeka.
Tapi kemudian sejarah kepemimpinan di Haiti selalu diwarnai kudeta. Dari diktator satu ke diktator lainnya. Di tahun 1964, Presiden Duvalier pernah mendaklarasikan presiden seumur hidup. Otomatis melahirkan siklus kekacauan politik yang sulit diputus.
Haiti juga sering dilanda kelaparan dan wabah kolera. Belum pulih pula dari bencana gempa pada 2010 lalu yang menewaskan sekitar 300 ribu warganya. Haiti juga sudah beberapa kali gagal melaksanakan pemilu karena protes aksi massa berkepanjangan.
Dari Haiti kita belajar, ketamakan elit politik berkuasa bisa mencelakakan. Ketidakpatuhan penguasa menjalankan konstitusi negara bisa membawa kepada kehancuran sistem pemerintahan. Pray for Haiti.(*)