Di suatu hari, saya pun berkesempatan ‘mengunjungi’ Eep di Sukamiskin. Benar saja, banyak pejabat yang berdatangan. Meminta saran. Meminta masukan. Selebihnya entah apa. Tak heran, di tahun 2016 saat Eep bebas, iring-iringan kendaraan menyambut kebebasan Eep.
Kejutan lainnya muncul. Surya Paloh memilih Eep memimpin DPD Nasdem Subang. Partai yang baru dibentuk di tahun 2011 lalu.
Eep tancap gas. Insting politiknya benar-benar tidak bisa dihentikan. Diam-diam, Eep menyodorkan sosok baru untuk Subang. Tahun 2017 ia pun mengorbitkan nama Ruhimat. Belum dikenal publik luas. Tapi nama ejaannya agak familiar, karena mirip Bupati Subang sebelumnya: Rohimat.
Baca Juga:RUPSLB BRI: 96% Suara Setujui Penerbitan Sebanyak-banyaknya 28,67 Miliar Lembar Saham BaruBangun Jalan Usaha Tani dan Poros Desa
Nasdem terdepan mengibarkan nama Ruhimat. Spanduk wajahnya sudah bertebaran hingga ke pelosok desa. Melawan petahana Imas Aryumningsih.
Dewi fortuna berpihak. Publik memilih. Tuhan meridhai. Ruhimat menang. Nasdem berkibar. Dari tiga kursi merangsek naik jadi 6 kursi.
Sekarang baru 2021, masih tersisa 2 tahun menuju Pilkada 2024. Tapi Eep sudah mendeklarasikan Nina Nurhayati sebagai bakal calon Bupati Subang. Benar-benar unstoppable. Urusan politik, sulit dihentikan. Eep lagi-lagi sudah melangkah jauh. Kembali membuat kejutan.
Tapi narasi blusukan kini sudah tidak musim. Banyak julukan baru untuk Jokowi. Dari peneliti Australia, Jokowi dapat julukan lain: A Man of Contradiction. Lalu jika kita melihat jejak Eep, tidak berlebihan jika kita memandang Eep sebagai: A Man of Controversy.(*)