“Pemulihan ekonomi global yang terjadi sepanjang semester I-2021 juga mendorong perbaikan ekonomi domestik serta menopang ketahanan sektor eksternal Indonesia. Tren pemulihan ini diproyeksikan terus berlanjut hingga akhir 2021,” jelas Menko Airlangga.
Dukungan ekonomi global ini berpotensi melanjutkan surplus neraca perdagangan yang telah terjadi selama 14 bulan berturut-turut dan menambah pemasukan devisa. Hal ini juga berpotensi mendorong kinerja ekspor komoditas unggulan Indonesia, seperti minyak kelapa sawit, batu bara, dan nikel. Transaksi berjalan dan utang luar negeri yang terkendali dengan baik turut berkontribusi positif terhadap ketahanan sektor eksternal. Kinerja yang baik dari sektor eksternal tersebut diharapkan mampu menciptakan multiplier effect yang besar bagi perekonomian.
Beberapa indikator utama juga menunjukkan prospek baik bagi ekonomi. Efek pengetatan pembatasan aktivitas masyarakat yang berlangsung selama beberapa minggu terakhir ini diyakini hanya bersifat sementara, tidak sedalam seperti di awal pandemi 2020. Permintaan domestik diharapkan akan tetap menguat hingga akhir tahun 2021, seperti yang tercermin dari IKK yang berada pada level optimis, serta penjualan kendaraan bermotor yang tetap tumbuh. Sejalan dengan itu, aktivitas dunia usaha juga diperkirakan membaik, tercermin dari peningkatan PMA dan PMDN, konsumsi semen, serta impor barang modal dan bahan baku.
Baca Juga:Geospasial sebagai Dasar Perencanaan Pembangunan Ekonomi dan Sosial, Airlangga: Bertujuan Menciptakan Satu Peta yang Terunifikasi, Akurat, dan AkuntabelPertumbuhan Ekonomi Tujuh Persen Sesuai Diprediksi
Prospek perbaikan juga terlihat dari UMKM, tercermin dari peningkatan permintaan atas Kredit Usaha Rakyat (KUR) hingga Semester-I 2021. Realisasi KUR pada periode Januari 2021 s.d. 2 Agustus 2021 mencapai Rp148,08 triliun atau sudah mencapai 51,96% dari target terbaru di 2021 yang sebesar Rp285 triliun.
Merebaknya varian Delta Covid-19 di awal Triwulan III-2021 menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga momentum pemulihan ekonomi yang tengah berlangsung. Tantangan ini juga dirasakan oleh sebagian besar negara di dunia.
Sejak 1 Juli sampai dengan sekarang, rata-rata kasus aktif mencapai 462.647 kasus, namun apabila bisa segera diturunkan kembali ke level 100 ribu-an, maka mobilitas dan aktivitas masyarakat bisa secara bertahap dibuka mulai September 2021. Kemudian, dengan meningkatnya mobilitas dan aktivitas masyarakat, diharapkan ekonomi akan bisa terjaga di Triwulan IV-2021.
Pemerintah telah merespon peningkatan kasus aktif melalui pengetatan dalam kebijakan PPKM sehingga diharapkan kasus aktif dan positivity rate dapat segera turun. Kebijakan PPKM juga telah efektif menurunkan mobilitas masyarakat, sehingga peningkatan kasus Covid-19 dapat ditekan. Penurunan mobilitas yang terjadi menyebabkan kontraksi terhadap belanja masyarakat, terlihat dari indeks belanja yang melambat sejak Juni 2021. Perlambatan ini tidak sedalam seperti pada awal pandemi pada tahun 2020 dan diyakini hanya bersifat sementara.