JUJUR saja, saya baru tahu banyak hal dari ‘ceramahnya’ Prof Sumanto. Tentang agama dan kaitannya dengan budaya. Tentang Islam dengan agama lainnya. Tentang budaya dan cara pandang bangsa-bangsa di Timur Tengah dan Asia. Begitu banyak sisi yang diulas. Begitu asyik, lucu dan sedikit liar.
Begitulah khas ‘ceramah’ pakar antropologi alumni Boston University, AS. Ceramah yang saya maksud, yakni ulasannya di fanspage Facebook yang hingga kini diikuti 243.799 akun/jamaah.
Mas Manto-begitu panggilan akrabnya-berani mengulas banyak hal yang kontroversi. Dengan logika sederhana dan lucu. Dengan perspektif yang kaya. Yang rumit dikemas jadi sederhana. Tukang becak sampai sarjana, pasti mudah memahami penjelasan Mas Manto. Termasuk memudahkan saya untuk memahami segala ‘keruwetan’ tentang pertentangan pemahaman keagamaan.
Baca Juga:Sebagian Sekolah Besok Mulai Belajar Tatap Muka Terbatas di Subang, Inilah Tips untuk Orang Tua dan Anak yang Perlu DiperhatikanWaspada! Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan
Dari ceramahnya, saya makin tahu, begitu banyak syariat keagamaan yang dicampur, diaduk, dikocok dengan kepentingan politik atau kelompok. Banyak pula pemahaman kita yang ternyata salah kaprah. Karena terdistorsi kepentingan politik.
Mas Manto sering ‘tampil’ lantang mengulas isu kontroversi. Misal isu Gerakan 212 yang ia sebut ‘Monaslimin’ hingga isu rektor impor dari luar negeri. Bahkan tidak tanggung mempertanyakan: mengapa Islam melarang nabi Muhammad untuk digambar atau di-karikatur-kan. Sepaket dengan kritikan kocak sekaligus mendalam terhadap kelompok HTI, FPI dan para pengikuti HRS.
Ia pun sering mengaduk logika para jamaahnya, menyajikan fakta-fakta unik yang terjadi di Timur Tengah. Mengabarkan perkembangan di dunia Arab. Mas Manto juga lantang mengkritik akal kerdil dan pandangan sempit atas perilaku beragama.
Tidak tanggung, Profesor yang terlahir miskin dari kampung di Desa Manggis, Kecamatan Tulis pedalaman Kabupaten Batang, Jawa Tengah itu berani mengkritik kelompok yang getol menggalang dana untuk Palestina. Bukan tidak setuju, tapi bagi Mas Manto mengapa selalu Palestina. Padahal banyak muslim yang menderita di berbagai negara muslim di Timur Tengah.
Cletukan pemikiran Manto agak sedikit mirip Gus Dur. Belum lama ini, Ia menyarankan Indonesia untuk segera kerjasama dengan Israel. Menurutnya, akan lebih banyak manfaat bagi Indonesia jika bekerjasama dengan Israel. Bisa belajar teknologi dan ilmu pengetahuan yang jauh lebih maju.