Dalam hal ini, Prof Manto mengulas cukup panjang argumentasinya tentang ‘pentingnya kerjasama dengan Israel’. Diulas dari sisi sejarah, geopolitik hingga sederet negara Arab dan Eropa yang sudah kerjasama dengan Israel. Diposting pada 27 Mei 2021 lalu, ulasannya di fanspage direspons 4,7 ribu, dibagikan lebih dari 500 kali dan mendapat 1.200 komentar para ‘jamaahnya’. Banyak yang memuji, banyak pula yang ‘menghujatnya’. Menurutnya, tidak akan ada efeknya, bahkan jika Indonesia terus mengecam Israel.
Berikut potongan ‘ceramahnya’ yang kritis, pedas, tajam, lucu, campur-campur:
Lagi pula, mau gembar-gembor warga seindonesia raya dalam mengecam Israel sampai bengor lambene juga nggak akan “ngefek” dan berpengaruh coi. Nggak akan didenger sama si Bibi (Benjamin). Yang mungkin didengar itu (mungkin lo ya?) negara-negara kuat seperti Amerika, China, Rusia. Sayangnya, sejumlah negara asing ikut bermain dan dukung-dukungan: blok satu dukung Palestina, blok lain Israel.
Jadi, daripada buang-buang energi percuma mengutuk Israel, lebih baik kerja sama saja saling menguntungkan kedua belah pihak – Israel dan Indonesia – jauh lebih produktif. Kan sudah lama berbuat baik dengan Palestina, sekarang giliran baikin Israel juga dong sob?
Baca Juga:Sebagian Sekolah Besok Mulai Belajar Tatap Muka Terbatas di Subang, Inilah Tips untuk Orang Tua dan Anak yang Perlu DiperhatikanWaspada! Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan
Daripada sudah capek-capek bantu Palestina, eh pejabat Hamas terima kasihnya sama Iran yang katanya ikut bantu beli roket. Kan nyakitin dan nyebelin banget tuh si Hamas? Bener nggak sih bok?
Itu ulasan penutupnya. Pada bagian atas tulisannya lebih serius, argumentatif dan didukung data yang kuat. Menunjukkan bahwa Prof Manto yang kemudian ditambahkan nama Alqurtuby, bukan akademisi kaleng-kaleng.
Meski lahir dari kampung yang katanya tidak ada di peta, ia berhasil menyelesaikan studi S2 di Boston University, AS yang terkenal itu. Yang di dalamnya banyak pakar antropologi dan social science kelas dunia. Setelah sebelumnya menyelesaikan studi S1 di IAIN Semarang lalu S2 jurusan Sosiologi Agama di Kampus Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW).
Setelah membaca biografinya, rupanya Mas Manto memang sudah punya DNA nekad dari sejak keci. Terlihat ke-nekadan-nya itu saat memilih kuliah di kampus mayoritas kristen UKSW itu. Menurutnya, sudah tidak aneh belajar di kampus yang bernuansa Islam seperti IAIN-UIN.