Ada satu pasar tua di Kandahar yang bangunannya mirip arsitektur tahun 1800-an. Terbuat dari bata dan lapisan lumpur tanah, bukan semen. Tapi masih berdiri kokoh. Banyak pula warganya yang hidup sangat miskin. Itu yang saya saksikan melalui channel Youtuber Drew Binsky.
Tapi dari wilayah daratan Kandahar pula tumbuh buah delima terbaik di dunia. Rasanya manis luar biasa. Ukurannya lebih besar. Di sana terdapat sekitar 17 varian delima terbaik dunia. Perang termasuk yang mengancam kelangsungan panen delima. Sebab parit-parit saluran air digunakan untuk perang.
Perang memang sudah jadi bagian dari nadi kehidupan keturunan suku pasthun. Mungkin itu pula keahlian mereka. Pada umumnya, bangsa-bangsa di pegunungan dan gurun identik seperti itu.
Baca Juga:BRI Kembali Menorehkan Prestasi Internasional Berupa Best Priority Banking, sekaligus Menghadirkan Konsep Baru Priority Center di Tahun 2021Usaha Pangkas Rambut Optimis Kembali Normal
Berawal dari tradisi berebut sumber daya alam untuk hidup. Hingga kemudian di era modern mereka berebut kekuasaan. Mereka memang punya keberanian dan jiwa ‘bonek’ di atas rata-rata. Sejak tahun 1900-an, sudah 11 raja atau penguasa yang digulingkan di Afghanistan. Baik secara damai maupun brutal.
Apakah Afghanistan pernah damai dan tentram? Kabarnya, negeri Afghanistan yang dihuni sekitar 32 juta penduduk itu pernah berada dalam kondisi damai antara tahun 1933-1973. Di masa kepemimpinan Raja Zahir Shah. Setelah itu, perang lagi, berebut kekuasaan lagi. Hingga sekarang.
Hingga di fase Afghanistan menjadi sorotan dunia. Sekaligus rebutan dunia. Saat manusia dilanda mabuk ideologi. Antara komunis dan kapitalis. Juga Afghanistan menjadi rebutan kepentingan dua ideologi besar itu.
Afghanistan pernah dikuasai Uni Soviet, maka suku pasthun pula yang bergerak memanggul senjata melawan. Dibantu kubu pengusung ideologi kapitalisme yaitu Amerika. Mereka dilatih, dipersenjati Amerika.
Para pejuang Afghanistan pun mengundang siapa pun yang ingin membantu. Dengan bahasa ‘jihad’ maka sudah cukup memantik api jiwa korsa sesama muslim di seluruh dunia. Medio 1986-1990 ribuan mujahid berdatangan membantu para pejuang Afghanistan. Pusat pelatihan dibuka di Peshawar, Pakistan.
Di antara ribuan mujahid itu ada Abu Wildan yang hari ini sudah menetap di Subang. Ia datang bersama ratusan mujahid lainnya dari berbagai negara Asia. Abu Wildan tiba di Peshawar, Pakistan pada musim dingin tahun 1986. Di pusat pembelajaran para generasi muda calon pejuang dan mereka yang ingin berjuang di medan tempur Afghanistan.