Hal itu memicu kembali perdebatan yang kontroversi. Mengingat penelitian GoF cukup berisiko. Yaitu penelitian yang berkaitan dengan modifikasi kode genetik. Penelitian terhadap suatu organisme yang mengembangkan kemampuan baru.
Dalam penelitian ini, seringkali muncul perdebatan etis. Apakah meneliti perubahan genetika yang sudah terjadi secara alami atau justru sengaja dimodifikasi untuk tujuan tertentu.
Muncul dugaan, bahwa penelitian yang dilakukan Eco Health Alliance melenceng dan telah melakukan sesuatu yang berbahaya. Yaitu memodifikasi reseptor tikus menjadi reseptor seperti pada sel manusia yang responsif terhadap virus SARS-CoV-2 yang disebut Covid-19.
Baca Juga:Empat Siswi SMA Jayapura Diduga Diperkosa Politisi-Pejabat, Begini KronologisnyaMenko Airlangga Apresiasi Dukungan OJK dan Perbankan Terhadap Akses Pembiayaan bagi UMKM dan Sektor Informal
Itulah yang disebut para ahli virus sebagai penelitian berbahaya. Sebab virus menjadi pathogenic atau menular kepada manusia.
Di mana penelitian ini dilakukan? Semula kita hanya menduga, begitu juga diberitakan banyak media, itu dilakukan di Wuhan Institute of Virology (WIV), nyatanya ini dilakukan di Universitas Wuhan. Sedangkan penelitian di WIV fokus pada virus yang disebabkan oleh kelelawar.
Pihak Eco Health Alliance sudah membantah, apa yang mereka lakukan bukan penelitian GoF, tapi meneliti ancaman penularan virus dari kelelawar terhadap manusia. “Kami mengukur ancaman penularan virus dari kelelawar terhadap manusia dan potensi-potensi lainnya,” katanya.
Bahkan menurut Eco Health batasan riset juga sudah ditetapkan sejak tahun 2017. Penelitian ini berlangsung sejak 2014 hingga 2019. Di tahun 2020 masa pemerintahan Donald Trump, Pemerintah AS resmi memberhentikan dana hibah untuk Eco Health.
Di sinilah santer peran Direktur NIH Anthony Fauci disebut. Sebab beberapa bulan lalu, di hadapan Senat, Fauci membantah pemerintah AS mendanai penelitian asal mula Covid-19. Faktanya, lembaga NIH yang Ia pimpin sejak 1984 menggelontorkan anggaran 3,1 juta dollar AS kepada Eco Health Alliance. Di dalamnya disebut ada riset terselubung: riset GoF.
Memang dari 13 ilmuwan yang ditanya The Intercept tidak seluruhnya setuju bahwa Eco Health melakukan penelitian berbahaya yang menyebabkan ‘lahirnya’ Covid-19. Riset itu bahkan tidak mempelajari proses transmisi virus secara keseluruhan. Penelitian yang dilakukan Eco Health tidak bermasalah.
Ahli biologi molekuler Indonesia Ahmad Rusdan Utomo, turut berkomentar atas bocornya dokumen milik NIH tersebut. Menurutnya, dokumen yang bocor itu berkaitan dengan SARS. Tidak spesifik berkaitan dengan SARS-CoV-2 (Covid-19). Menurut Ahmad Rusdan, antara SARS-CoV-1 yang menyebabkan wabah MERS, beda 20 persen dengan SARS-CoV-2 penyebab wabah Covid-19.