Trisna menyampaikan materi lanjutan bahwa fitur yang perlu dioptimalkan lainnya adalah IG Story, IG Live, IG Reels, IG TV, dan Feed Instagram. IG Story digunakan sebagai jalan untuk membangun awareness, meningkatkan traffic, dan mengunggah konten-konten yang berkaitan dengan produk/jasa yang bersangkutan. Kemudian IG live untuk review produk/jasa yang dijual, platform untuk berbagi ilmu, promosi secara live, mengundi Giveaway. Fitur lain yang tidak ketinggalan adalah search di IG. “Carilah akun IG yang menjual produk atau jasa yang sama, lihatlah apa saja yang di posting, jam berapa saja posting dilakukan. Hal ini sebagai input yang dapat diadopsi untuk usaha kita sekaligus sebagai evaluasi diri agar lebih optimum dalam mengelola IG sebagai platform bisnis. Ini adalah proses riset” Ungkapnya. “Jangan lupa juga untuk melihat Hashtag yang paling populer, harus dilakukan riset. Tidak boleh mengarang tapi mengarung. Cari beragam hastag yang paling banyak. Setelah didapatkan, buatlah hastag pada postingan kita paling tidak 15 hingga 20 hashtag.” Tambahnya.
Trisna menekankan bahwa dalam membuat postingan tidak perlu terlu formal. Gunakanlah bahasa yang sesuai dengan audiens, renyah, enak dibaca dan diikuti. “Bahasa yang tidak baku inilah justru menarik minat konsumen jikalau dalam kasus jualan, nah kalau dikampus tetap gunakan bahasa formal, misalnya cara komunikasi ke Dosen” Ungkap Trisna yang lulusan S1 dan S2 bahasa Indonesia UPI ini. “Sekarang sudah ada fitur IG reels yang mana persis seperti Tik Tok, gunakanlah dengan bijak fitur tersebut untuk mensupport akun IG bisnis anda”.
“Usahakan secara istiqomah 1 hari unggah feed 3 sampai 6 konten, jangan terlalu banyak. Lakukan tagging, filter secukupny, dan bagikanlah ke stories untuk menambah daya jangkau” Tambahnya melanjutkan.
Baca Juga:Pemerintah Dorong Pemulihan Sektor Pariwisata dan Ekonomi KreatifElegan! Plat (Pelat) Nomer Mobil Termahal Di Dunia, Capai Miliaran
Trisna menutup presentasinya dengan motivasi, bahwa dalam menjalankan usaha harus Konsisten, Persisten, dan Memiliki strong why. “Ikutilah komunitas bisnis di regional tempat anda tinggal. Seperti saya misalnya mengikuti komunikasi Shopee, Lazada, dan banyak lagi. Belajar ke para pelaku usaha lainnya. Jangan mudah menyerah, berusaha memahami keadaan sekitar yang sekiranya bisa menjadi tantangan atau peluang, mengikuti market apakah produk atau jasa masih relate dengan kondisi saat ini”. Jadi, mahasiswa yang berperan all in one entrepreneur (marketer, social content creator, live cycle produksi sekaligus) tetap akan bertahan, karena telah memiliki motivasi yang sangat kuat atau memiliki strong why. “Usaha perlu proses, bilamana bersabar, suatu saat akan memiliki dana yang cukup untuk menyewa pekerja yang membantu memperlanjar jalannya usaha” Pungkasnya.