Dispangtan, kata Wawan, sudah melakukan beberapa tindakan. Di antaranya, mengintensifkan pengamatan di lapangan melalui petugas Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), penyuluh dan Petani Pengamat Swadaya. Namun, dalam hal pengendalian ini, peran dari masyarakat petani sangat diperlukan.
“Kami sangat berharap, masyarakat petani, khususnya petani padi, dapat meningkatkan kewaspadaannya. Jika terjadi populasi hama WBC, petani harus melakukan pengendalian swadaya terlebih dahulu dengan melakukan penyemprotan insektisida yang dianjurkan,” ucapnya.
Namun, jika terjadi peningkatan penyakit dan populasi hama semakin meningkat, lanjut Wawan, petani harus melaporkan hal tersebut kepada Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) yang sudah ditugaskan oleh pihak Dinas. Sehingga hal ini nantinya bisa ditanggulangi secara bersama-sama.
Baca Juga:Untuk meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas, Kemensos mengembangkan berbagai inovasi alat bantuHadirkan BRILIANPRENEUR 2021, BRI Majukan UMKM Indonesia ke Kancah Dunia
“Jadi menurut kami, pengendalian swadaya ini sangat penting dilakukan terlebih dahulu, sehingga tidak terjadi peningkatan populasi. Petani harus bisa mandiri, jangan selalu berharap atau menunggu bantuan dari Pemerintah baru dilakukan pengendaliannya,” katanya.
Wawan mengakui, tingkat kesadaran masyarakat untuk melaporkan kondisi serangan hama dan penyakit masih rendah. Padahal dari Dispangtan Kabupaten Purwakarta akan turun ke lapangan jika pada satu hamparan sawah terdapat serangan hama dan penyakit.
“Kami imbau petani kooperatif dengan Dispangtan supaya bisa mencegah potensi serangan hama dan penyakit yang mengancam tanaman padi,” ujarnya. (add/sep)