JAKARTA – Pandemi Covid-19 tidak menghalangi Kementerian Sosial memberikan penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas. Bertepatan dengan peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2021, Kemensos memperkuat pembentukan lingkungan inklusif dan aksesibel bagi penyandang disabilitas.
“Keberpihakan kepada penyandang disabilitas dilakukan Kemensos dengan memperkuat tiga strategi. Yakni memperkuat lingkungan yang inklusif, mengurangi ketidaksetaraan, dan menumbuhkan kepemimpinan dari penyandang disabilitas,” kata Menteri Sosial Tri Rismaharini dalam kesempatan jumpa pers pada rangkaian peringatan HDI 2021 di Jakarta (01/12).
Menurut Mensos, lingkungan yang inklusif diperlukan agar penyandang disabilitas dapat berpartisipasi aktif dalam berbagai bidang kehidupan. “Peringatan HDI tahun 2021 ini harus menjadi momentum untuk memastikan dimana pun berada, lingkungan tersebut harus ramah terhadap penyandang disabilitas,” katanya.
Baca Juga:Hadirkan BRILIANPRENEUR 2021, BRI Majukan UMKM Indonesia ke Kancah DuniaBRI Pegang 67.4% Pangsa Pasar Kredit UMKM Nasional, Optimisme 2022 UMKM Tumbuh Lebih Baik
Lingkungan yang ramah dan memberikan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas, diharapkan tidak hanya terus diperluas di ranah publik. Namun juga tidak kalah penting di bidang hak konstitusional warga negara, seperti pendidikan.
“Saya berharap, sekolah umum pun bisa menerima penyandang disabilitas. Ini mimpi saya. Karena saya yakin, di balik kekurangan seseorang, juga ada kelebihan. Saya yakin saudara kita para penyandang disabilitas tidak kalah dengan non penyandang disabilitas,” kata Mensos.
Kemensos juga terus mengurangi kondisi ketidaksetaraan yang dihadapi penyandang disabilitas. Di antara langkah Kemensos di bawah kepemimpinan Mensos Tri Rismaharini adalah dengan mengembangkan inovasi teknologi. “Saudara-saudara kita yang mengalami _celebral palsy_, disabilitas fisik atau sensorik netra, kita berikan alat bantu. Alat-alat ini diberikan sentuhan inovasi teknologi, sehingga membantu mobilitas mereka,” kata Mensos.
Para penderita _celebral palsy_, Kemensos memberikan alat bantu, salah satunya berupa kursi roda bioteknik. Dengan bantuan alat, kata Mensos, diharapkan penderita _celebral palsy_ yang tadinya hanya berbaring bisa duduk, atau bahkan bisa bergerak lebih leluasa.
Untuk penyandang disabilitas sensorik netra, Kemensos telah mengembangkan tongkat penuntun adaptif. Tongkat penuntun adaptif dilengkapi sensor air, api, benda dan GPS. “Ini semua dikembangkan oleh para penyandang disabilitas. Jangan salah, hasil karya mereka ini lebih halus dan presisi,” kata Mensos.
Dengan pemanfaatan teknologi di atas, memungkinkan penyandang disabilitas menjadi produktif dan lebih berpartisipasi aktif dalam segala bidang kehidupan.