Ia kerap didaulat menjadi pembicara internasional di luar negeri. Seperti pada Juni 2018, Gus Yahya menjadi pembicara dalam forum American Jewish Committee (AJC) di Israel. Dalam forum tersebut, Gus Yahya menyuarakan dan menyerukan konsep rahmat, sebagai solusi untuk konflik dunia, dan konflik yang disebabkan agama. Ia menawarkan perdamaian dunia lewat jalur penguatan pemahaman agama yang damai.
Setelah kunjungannya tersebut, banyak orang memaki-makinya, menudingnya sebagai antek Israel, marah-marah, ada yang mendoakannya masuk neraka. Tetapi begitulah, Gus Yahya tidak bergeming dan memilih tetap santai.
Kemudian, pada 15 Juli 2021, Gus Yahya mendapatkan apresiasi tinggi dari tokoh-tokoh perdamaian dunia dalam perhelatan International Religious Freedom (IRF) Summit, di Washington, DC, Amerika Serikat. Pada kesempatan itu, Gus Yahya menyampaikan pidato kunci dengan judul “The Rising Tide of Religious Nationalism” (Pasang Naik Nasionalisme Religius).
Baca Juga:Ketua Umum Golkar Ucapkan Selamat Duet Kyai Miftah-Gus Yahya Pimpin PBNUKejari Bantu BPJamsostek Tagih Tunggakan Perusahaan
The Next Gus Dur, Ini Profil Lengkap Yahya Cholil Ketua Umum PBNU 2021-2026
Lalu di hari ketiga konferensi tingkat tinggi (KTT) itu Gus Yahya mendapat apresiasi dari tokoh-tokoh dunia. Gus Yahya menerangkan bahwa dinamika bangkitnya nasionalisme religius adalah bagian metode untuk pertahanan saat suatu kelompok agama yang biasanya adalah mayoritas di negaranya merasa terancam secara budaya.
Menurut Gus Yahya, kebangkitan ini tidak terelakkan sebab dunia tengah bergulat dalam persaingan antar-nilai untuk menentukan corak peradaban masa depan. Selain itu, dinamika internasional sudah mengarah pada perwujudan satu peradaban global yang tunggal dan saling berbaur (single interfused global civilization).
Gus Yahya memberi ketegasan bahwa persaingan yang sengit ini berpotensi besar memicu permusuhan dan kekerasan. Oleh sebab itu, Gus Yahya mendorong berbagai elemen di dunia menemukan cara guna mengelolanya sebelum terlanjut meletus konflik global yang kian parah.
Solusi yang ditawarkan oleh Gus Yahya ialah dengan menawarkan strategi dan model perdamaian dunia seperti yang selama ini sudah dipraktikkan warga NU.
Gus Yahya menawarkan berbagai macam solusi:
- Langkah awal harus diidentifikasi lebih dahulu nilai-nilai apa yang selama ini telah menjadi kesepakatan bersama. Nilai-nilai itu antara lain kejujuran, kasih-sayang dan keadilan.
- Dunia harus membangun konsensus atas nilai-nilai yang perlu disepakati agar semua pihak yang berbeda-beda bisa hidup berdampingan dengan damai. Bahkan nilai-nilai tradisional yang menghambat koeksistensi damai pun layak untuk diubah.
- Strategi NU yang menyatakan bahwa kategori kafir tidak mempunyai relevansi hukum dalam konteks negara bangsa modern perlu dikontekstualisasi dalam hal itu.