Salah satu kelebihan buku tersebut adalah sanad dari kisah-kisah jenaka yang disajikan mutasil atau bersambung langsung dengan tokoh yang terdapat dalam cerita.
Hal tersebut tentu saja tidak mengejutkan, dalam tradisi NU sanad adalah hal istimewa yang begitu berharga. Dengan sanad yang jelas, konten dari buku itu dapat mengajak pembaca meresapi, mengikutsertakan emosi ketika membaca, serta tentu bisa dipertanggungjawabkan.
Jarang diketahui, NU merupakan gudangnya cerita lucu atau guyonan. Setiap generasi NU dari masa ke masa selalu membawa kisah humor segar. Mulai dari zaman pendiri NU, Mbah Hasyim Asy’ari, sampai turun-menurun ke cucunya, Gus Dur, dan tentu saja diwarisi oleh para santri mutakhir saat ini.
Baca Juga:Ketua Umum Golkar Ucapkan Selamat Duet Kyai Miftah-Gus Yahya Pimpin PBNUKejari Bantu BPJamsostek Tagih Tunggakan Perusahaan
Dalam buku tersebut, Gus Yahya banyak menceritakan cerita humor sesepuh NU, terlebih Gus Dur, baik sewaktu beliau menjadi presiden maupun saat sudah tidak lagi menjabat. Cerita-cerita mengenai Gus Dur ia kisahkan dengan detail, dan gamblang tanpa aling-aling.
Tak hanya sekedar bercerita, Gus Yahya juga sering terlibat, menjadi saksi dalam kisah Gus Dur yang mengundang decak kagum, dan tentu tidak bisa disangka-sangka oleh siapa pun.
Lewat buku tersebut, kita dapat mengambil pelajaran dan hikmah dari kisah heroik para sesepuh NU seperti Mbah Hasyim, Mbah Wahab, Mbah Bisri, Mbah Ma’shum, Gus Dur serta masih banyak Kiai yang lain. Para sesepuh NU tersebut tidak hanya luas ilmu agamanya, namun juga sangat rendah hati, ngemong umat, serta memanusiakan manusia. (Jni)