RELIGI – Saat ini Indonesia masih ramai membicarakan sesajen, pasca salah satu pria menendang dan membuang sesajen yang disimpan di tengah hamparan di Lumajang, Jawa Timur setelah daerah itu diterjang erupsi Gunung Semeru.
“Saya masih ingat pesanan Pak Zaeini, berkali-kali beliau bilang ke saya bahwa agama yang masuk ke negara yang tidak konflik itu di antaranya paling spesial itu Indonesia karena para wali ini mendampingi kultur daerahnya, tapi tidak benturan,” terangnya.
“Misalnya orang Jawa dulu pakai sesajen sawah-sawah katanya dimakan penunggunya. Yang penunggunya sawah itu kan dulunya pikirannya makhluk gaib”
Baca Juga:Bangkitkan Jiwa Kompetisi Siswa dan Siswi SMK Angkasa Lanud SuryadarmaDiduga Salah gunakan Narkoba, Musisi dan Aktor Ardhito Pramono Ditangkap Polisi
“Di era modern ya penunggunya itu ya kambing, ayam. Yang memang makan itu-itu. Akhirnya dulu itu aneh. Diistilahkan dimakan penunggunya. Kalimat penunggu itu tidak jelas”
“Wali-wali datang tidak mengkafirkan. Tapi terus diubah. Jadi sedekah ke tetangga tadi. Jadi kultur itu tidak dilawan. Tapi cukup diubah dari memberi makan setan jadi sedekah tetangga”. Wallahu a’lam
Kemudian, seperti dirangkum dari berbagai sumber terpercaya, Gus Baha sendiri adalah sosok yang pernah muncul dalam survei Ketum Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (NU) pada Oktober 2021.
Gus Baha dikenal sebagai seorang ahli tafsir, yang juga mengasuh Pondok Pesantren Tahfidul Qur’an LP3IA dan mengasuh pengajian tafsir Al Quran di Bojonegoro, Jawa Timur sejak tahun 2006. (Jni)