Di tahun 80-an, ratusan mujahidin Indonesia berangkat ke Afghanistan. Waktu itu mereka dengan bangga ‘berjihad’ melawan tentara merah alias komunis Uni Soviet. Afghanistan pernah menjadi negara yang dikuasai ‘komunis’.
Tapi bukan berarti kelompok komunis di sana tidak beragama. Mereka beragama Islam tapi beraliran komunis. Makna komunis di sana beda dengan makna di Indonesia yang diindentikkan tidak beragama.
Semoga bencana di Afghanistan sana juga mendapat atensi luas dari muslim Indonesia. Muncul gerakan donasi kemanusiaan untuk Afghanistan seperti hingar bingarnya donasi kemanusiaan untuk Palestina.
Baca Juga:Rawan Dijadikan Tempat Balap Liar, Ini yang Dilakukan Jajaran Polres di Subang SelatanMenko Perekonomian Beberkan Transformasi Berbasis Digital dalam Pengembangan Teknologi Industri Kesehatan untuk Mendukung Kemandirian Nasional
Tapi rasanya akan sulit itu terjadi. Takut dicap radikal atau disebut beraliran paham Taliban. Mungkin juga sulit setenar gerakan peduli Palestina karena di Afghanistan tidak ada monumen peninggalan para nabi. Atau gerakan peduli Palestina lebih tenar karena musuhnya: Yahudi, Israel.
Kita apresiasi sikap Indonesia yang sudah begerak cepat memberikan bantuan untuk rakyat Afghanistan. Melalui Kementerian Luar Negeri, Indonesia berkomitmen akan menyalurkan bantuan kemanusiaan hingga Rp14 miliar di tahun 2022.
Saya dengar ada organisasi para alumni Afghanistan. Mereka yang pernah berperang di Afghanistan di antara tahun 80 hingga 90-an. Saya akan coba hubungi, apakah mereka akan melakukan sesuatu melihat perkembangan terbaru di Afghanistan.
“Ya ada perkumpulannya, biasanya berkumpul di Jakarta. Para alumni yang pernah ke sana,” kata Abu Wildan, salahsatu alumni Afghanistan di Subang.
Saya pernah berbincang dengannya pada Agustus 2021 lalu. Beberapa hari setelah Taliban mendeklarasikan kemenangannya menguasai Afghanistan.(*)