KARAWANG-Banyaknya perusahaan di Karawang sangat berpengaruh pada kualitas air tanah yang menjadi kurang baik. Akibatnya, warga tidak bisa memanfaatkan air tanah untuk kebutuhan hidupnya.
Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Keanekaragaman Hayati DLH Karawang, Melie Rahmawati mengatakan, beberapa wilayah di Karawang yang kondisi air tanahnya kurang baik, biasanya karena ada industri di wilayah tersebut yang juga menggunakan air bawah tanah.
“Airnya banyak dipakai sehingga kemudian air sungai masuk ke bawah tanah. Jadi kualitas air bawah tanahnya kurang baik,” ujarnya.
Baca Juga:Bupati Berharap APBD Subang Tahun Tak Terganggu Covid-19Smartphone yang Cocok untuk Gaming dan Konten Kreator, Samsung Galaxy A32 Dibekali Dengan Quad-Camera 64MP
Salah satunya terjadi di Adiarsa Barat. Air bawah tanah dengan kedalaman 80 meter juga masih berbau dan berwarna kuning. Sehingga air bawah tanah di wilayah tersebut tidak layak untuk dikonsumsi.
“Di Adiarsa Barat Perumnas jarang yang pakai sumur bor. Karena airnya kurang bagus, kuning dan bau,” katanya.
Selain air bawah tanah, kata dia, di Karawang ada empat sungai besar yaitu Sungai Citarum, Sungai Cilamaya, Sungai Cibeet, dan Cikarang Gelam. Pihaknya juga melakukan pengujian kualitas air di sungai-sungai tersebut setiap bulan.
“Setiap bulannya kualitas air berubah-rubah. Terkadang ada pada kualitas cemar ringan kadang bagus, tapi tidak ada yang cemar berat,” ungkapnya.
Menurutnya, kondisi air sungai yang kurang bagus itu ada pada wilayah yang banyak industri dan pemukiman. Biasanya justru di wilayah pertengahan sungai. Ia juga menyebut, faktor pencemar terbesar dari pemukiman karena air limbah domestik yang tidak diolah.
“Kalau dipersentasekan limbah domestik 70 persen, industri 10 sampai 20 persen, peternakan 10 persen,” jelasnya.(use/ysp)