Semua itu butuh biaya besar. Maka Perumda TRS pun kini mengubah mindset, dari yang dominan public service menjadi doble: profit oriented. Jadi kerjanya tidak hanya business as usual, harus lebih kerjas lagi. Jangan sampai alasan public service jadi penyebab kurang maksimalnya profit.
Logikanya: semua perusahaan yang profitnya besar, pelayanannya pasti baik. Semua PDAM yang sultan itu, pelayanannya baik dan cepat. Jangkauan layanannya luas. Pelanggannya lebih dari 100 ribu. Maka profitnya pun besar. Sedangkan Perumda TRS baru punya 47 ribu pelanggan atau 55 persen cakupan layanan.
Tubuh kita digerakkan oleh jiwa dan alam pikiran. Ada yang memaknai kesulitan dengan murung dan menyerah. Ada yang memaknai kesulitan dengan melahirkan inovasi dan terbosan out of the box. Semua di awali dari pikiran. Tergantung kita.
Baca Juga:Warna Seragam Satpam Baru, Netizen: Mirip Polis India?Sanksi Tegas! Sebabkan Kerumunan, Pemda Subang Tutup Sementara Wisata Taman Anggur Kukulu
“Setiap hari kita ingat target, angka-angka. Setiap perbaikan pipa yang harus ingat angka target itu. Tapi jangan lupa, Perumda TRS ini harus jadi ‘sajadah’. Kita maksudkan untuk ibadah. Semua yang benda akan hilang, kecuali ibadah kita,” tandas Direktur Teknik, Nindya Nazara.
Raker Perumda TRS yang dilaksanakan tiga hari itu, begitu banyak solusi yang disampaikan. Semua kepala cabang presentasi. Apa yang akan mereka kerjakan di tahun 2022. Ada yang penuh semangat, ada pula yang masih bingung dan kerja sebagaimana biasanya. Ada yang berani ditarget, ada yang masih ragu.
Kebanyakan tidak berdaya menghadapi kehilangan air dan air yang tidak terjual. Mereka harus terus-terusan ngurus pipa tua yang rawan bocor. Juga menghadapi ‘pesaing’ itu. Juga terkadang harus menghadapi pelanggan yang ngamuk saat ditagih.
Tentang pesaing itu, saya hanya berbisik ke direksi: lihat tantangan Bank Subang. Mereka harus bersaing dengan bank emok hingga bank besar. Bersaing dengan program KUR. Tetapi mereka tetap profit besar. Menyumbang PAD Rp13 miliar.
Setiap orang butuh uang, tapi belum tentu berani mengajukan pinjaman ke bank. Setiap orang butuh air, belum tentu setiap orang mau gali sumur, apalagi jika airnya dalam. Tinggal bagaimana strategi marketingnya. Pelayanannya. Juga yang penting: mindset-nya.