RAGAM – Para warga Tionghoa belum lama ini merayakan tradisi Cap Go Meh, yang dilaksanakan 15 hari setelah perayaan Imlek.
Menurut warga Tionghoa yang merayakan Cap Go Meh, tradisi perayaan Cap Go Meh ialah bentuk tradisi penghormatan yang dilakukan kepada Dewa Thai Yi yang disebut sebagai Dewa tertinggi di masa Dinasti Han.
Melansir dari Goodnewsfromindonesia, via Fin, tradisi Cap Go Meh di Indonesia dirayakan dengan sejumlah tradisi seperti berkumpul dengan keluarga, memasang lampion di rumah sampai menyelenggarakan pertunjukkan barongsai.
1. Pawai Tatung di Singkawang
Baca Juga:Bahaya Makanan Junk Food bagi Kesehatan, Jangan Konsumsi Berlebihan!Jika Pemilu Digelar Hari Ini Survei CNN Sebut Partai Golkar dan Airlangga Hartarto Elektabilitasnya Paling Tinggi
Pawai Tatung menjadi perayaan Cap Go Meh yang dikenal dan legendaris serta paling unik dan meriah. Biasanya diselenggarakan di kota Singkawang, Kalimantan Barat.
Secara bahasa Hakka, Tatung adalah orang yang dimasuki oleh ruh leluhur. Tatung akan mengenakan pakaian dewa dan melakukan pertunjukkan mirip dengan atraksi debus, yaitu dengan menekan perut dengan parang, memakan pecahan kaca, sampai menggorok leher dengan pisau.
2. Jappa Jokka di Makassar
Puncak tahun baru Imlek di Kota Makassar, Sulawesi Selatan ditandai dengan adanya tradisi Jappa Jokka. Perayaan ini digelar pertama kali pada masa Kepresidenan Gus Dur yang kemudian dijadikan agenda pemerintah Makassar untuk promosi budaya.
Terdapat sejumlah perayaan dalam Jappa Jokka di Makassar ini, seperti festival barongsai, kuliner Tionghoa, pameran dan juga lomba menyanyi.
3. Festival Sipasan di Padang
Festival Sipasan adalah festival arak-arakan yang diselenggarakan di Padang, Sumatra Barat. Sipasan merupakan tandu yang berbentuk memanjang seperti kelabang yang dipikul oleh orang dewasa. Biasanya anak-anak duduk di atas tandu dengan mengenakan pakaian adat.
4. Ruwat Bumi di Salatiga
Perayaan Cap Go Meh pun dirayakan oleh masyarakat Salatiga, Jawa Tengah lewat Kirab Budaya Ruwat Bumi. Kirab Budaya Ruwat Bumi ini dilaksanakan dengan membawa arak-arakan tandu patung dewa.
Perayaan ini tidak cuma diramaikan oleh masyarakat Tionghoa, tetapi dari sejumlah lapisan masyarakat kota Salatiga. Ruwat Bumi biasanya diselenggarakan dengan Liong, Barongsai sampai Reog Ponorogo.