KABUPATEN BANDUNG-Jasa Tirta II berkolaborasi dengan Jasa Marga memberikan bantuan program Biogas “Olah Limbah Jadi Berkah” di Desa Warnasari Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung.
Bantuan paket biogas tersebut diresmikan pada Kamis, 17 Februari 2022Â oleh Direktur Keuangan, SDM dan Manajamen Risiko Jasa Tirta II Indriani Widiastuti dan GM Representatif Office 3 Regional Metropolitan Tollroad Jasa Marga Thomas Dwiatmo Hartono.
Sebagai informasi, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung merupakan salah satu peternakan sapi terbesar di Indonesia, sehingga permasalahan limbah dari kotoran hewan menjadi salah satu isu yang belum tertangani.
Baca Juga:KONI Subang Diminta Segera Membentuk KOK Tingkat Kecamatan, ARD: Kami Sudah AgendakanAngin Puting Beliung Rusak 62 Rumah, Kagetkan Warga hingga Meninggal Dunia
Melalui program TJSL “Jasa Tirta II Berbagi”, Jasa Tirta II melakukan terobosan untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mengurangi pembuangan limbah kotoran hewan ke sungai melalui program biogas dengan cara mengolah limbah menjadi berkah bagi masyarakat di desa tersebut.
Hal ini sebagai wujud nyata Jasa Tirta II dalam mendukung program Citarum Harum serta membantu perekonomian masyarakat.
Kolaborasi dalam program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Biogas ini juga sejalan dengan arahan dari Kementerian BUMN agar BUMN mengusung semangat kolaborasi dalam program-program yang bermanfaat bagi masyarakat, pelaksanaan program biogas ini sesuai dengan Pilar Ekonomi, Sosial dan Lingkungan.
“Melalui kolaborasi yang bermanfaat ini, Jasa Tirta II dan Jasa Marga bekerjasama untuk mengatasi pencemaran air akibat kotoran sapi yang bisa memberikan multiplayer lainnya hingga hidupnya perekonomian masyarakat,” ucap Direktur Keuangan SDM dan Manajemen Risiko Jasa Tirta II Indriani Widiastuti.
Dimulai pada tahun 2016, Jasa Tirta II mencetuskan project konservasi sungai melalui pemanfaatan biogas bersama Yayasan Rumah Energi dengan konsep Pemberdayaan Masyarakat. Melalui project tersebut, limbah kotoran sapi yang semula dibuang ke sungai dialihkan menjadi biogas sebagai salah satu Energi Baru Terbarukan sehingga masyarakat menikmati energi gas yang dapat digunakan untuk memasak dan penerangan rumah, serta menciptakan nilai tambah ekonomi peternak sapi perah melalui produk pupuk, bio-slurry dan ternak cacing.
“Dengan adanya biogas, masyarakat tidak lagi membeli tabung elpiji dan mendapat tambahan penghasilan dari budidaya cacing dan produksi pupuk organik. Keberlanjutan program ini akan dapat berjalan dengan sendirinya karena menguntungkan masyarakat,” tambah Indriani Widiastuti.