Bisa naik dua setengah kali lipat, Ridwan Kamil pun menerangkan secara sederhana. Zaman Belanda pada tahun 1939, luas pulau itu 3 mil. Batas wilayah pantai sebagai wilayah internasional melewati Selat Makassar melewati Kalimantan, Sumatera, orang asing tidak ada yang bisa mencegah. Kemudian, Perjuangan Wawasan Nusantara 57, oleh idenya Ir H Djuanda mendeklarasikan gagasan batas wilayah.
“Djuanda masih gagasan saat itu, tapi yang ketok palunya di PBB itu adalah perjuangan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja. Dari situ, yang tidak boleh ada lagi orang asing, karena tengah sekarang sudah menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,” katanya.
“Harus dipahami anak-anak hari ini, pelajaran hari ini bahwa dulu Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja memperjuangkan dengan Bahasa Inggrisnya, Bahasa Belandanya luas kita yang hanya 2.027.087 km2, sekarang menjadi 5.193.250 km2 seperti peta yang kita miliki di hari ini,” katanya.
Baca Juga:Imel Putri Cahyati Damai Hati Isra MikrajBikin Seger!! Menikmati Semangkuk Es Gudir Khas Jawa Timur
Kemudian, kenapa jalannya di sini tidak di tempat lain? Karena Jalan Dago adalah Jalan Ir H Djuanda, sebagai pembuka pintu Wawasan Nusantara, Prof Mochtar sebagai penutup pintu ketok palunya. Persilangan di atas Jalan Insinyur Haji Juanda itu maksudnya. “Jadi, bayangkan sumbu-y nya Utara Selatan Jalan Insinyur Haji Juanda sumbu-x Barat Timur adalah Jalan Profesor Mochtar kusumaatmadja,” pungkasnya. (vry)