Abah Maung Subang, Mantan Preman Jadi Kyai Santrinya Banyak Bekas Anggota Geng Motor

Abah Maung Subang, Mantan Preman Jadi Kyai Santrinya Banyak Bekas Anggota Geng Motor
INDRAWAN SETIADI/PASUNDAN EKSPRES PESANTREN: Kondisi Pondok Pesantren Raudlatul Hasanah yang berlokasi di Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Subang.
0 Komentar

Kendati demikian, seperti halnya proses yang tidak akan menghianati hasil, itu terbukti terjadi pada Abah Maung. Karena tidak mengurangi ketekunan dan kekhusuannya dalam berjuang untuk mendirikan pesantren Raudlatul Hasanah.

Abah Maung Subang mengungkap, bahwa pesantren yang didirikannya sejak tahun 2002 lalu itu hanya sebatas pesantren kecil yang tempatnya hanya di sebuah kontrakan.

“Terbentuknya dari tahun 2002 bersama dua rekan saya, awalnya itu hanya sebuah kontrakan saja. Kan tahu sendiri kalau misalkan kontrakan itu harus bayar tiap bulannya, tapi itu bukan suatu alasan bagi saya untuk menyerah,” ucapnya.

Baca Juga:Bantuan Pemerintah Mulai BerdatanganPemdes Bojongtengah Mulai Realisasikan Pembangunan

Di sisi lain, Abah Maung dalam mendidik santrinya selalu mengajarkan kemandirian. Bahkan bangunan yang saat ini terlihat megah dibangun sendiri oleh para santri.

Untuk makan pun, mereka memasak sendiri secara bergilir dan saat initidak ada keluhan apapun dari para santriwan maupun satriwati. Bukan keluhan yang didapatkan, Abah Maung merasa seperti ayah didik dari santri yang saat ini berjumlah 200 itu.

“Ini ada dari Sumatera, Lembang, sama Ambon. Mereka (santri) rata-rata orang keras semua, nah disatukan dengan hati. Artinya di situ tuh semua saudara, kita utamakan pondok ini kekeluargaannya tidak ada santri baru atau santri lama,” tuturnya.

“Mereka (santri) diajarkan montir, semua santri harus bisa jadi supir lah sampai mereka punya SIM, ada juga belajar kerja. Kerja keras mereka ada yang bangunan, ada yang ngelas, seni kaligrafi, seni lukis bahkan sampai pencak silatnya juga,” kata Abah Maung.

Pembelajaran itu agar para santriwan serta santriwati lebih mandiri dan memberikan pembuktian kepada masyarakat bahwa mantan preman bisa menjalani hidup secara positif dan berguna bagi masyarakat lainnya.

“Kami itu punya prinsip istilahnya, menghidupkan agama bukan hidup dari agama, menghidupkan santri bukan hidup dari santri. Ini harus digaris bawahi bahwa ulama yang disukai rasulnya tidak menjadikan ilmu urusan dunia dan tidak menjual ilmu pada urusan dunia,” tuturnya.

Selain itu juga, para santriwan serta santriwati diberikan bekal pembelajaran mandiri agar nantinya dapat manfaat besar di lingkungan masyarakat.

0 Komentar